KONTEKS.CO.ID - Indonesia kini menjadi pusat perhatian perusahaan kendaraan listrik (EV) dan baterai asal China yang tengah mencari pasar baru di Asia.
Indonesia mulai menarik investasi besar dari China setelah memberlakukan larangan ekspor bijih mentah pada 2014.
Langkah tersebut mendorong perusahaan China membangun fasilitas pemurnian nikel di dalam negeri.
Kini, Indonesia menjadi pemasok nikel terbesar dunia, menyediakan lebih dari dua pertiga pasokan global pada 2024.
Perusahaan China menguasai sekitar tiga perempat kapasitas pemurnian domestik di Indonesia.
Situasi itu menjadikan Indonesia tulang punggung rantai pasok baterai global.
Baca Juga: 26 WNI Korban Online Scam di Myanmar Dipulangkan, Satu Diduga Perekrut
Selain menjadi sumber bahan baku utama, Indonesia juga merupakan pasar otomotif besar yang sedang beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Pemerintah menargetkan penggunaan 2 juta mobil listrik dan 12 juta motor listrik pada 2030.
Pemain asal China tak hanya membawa produk, tetapi juga turut membangun rantai pasok lokal di Indonesia.
Baca Juga: Pekerjaan PLN Ganggu Suplai Air, PAM Jaya Siagakan Layanan ke Pelanggan
“Pasar Asia secara tradisional dikuasai Jepang untuk kendaraan bermesin bensin, tetapi karena Jepang tertinggal dalam pengembangan kendaraan listrik, kini ada peluang bagi China,” kata Nitin Pangarkar, profesor strategi dan kebijakan di Universitas Nasional Singapura, kepada Rest of World.
“Selain itu, secara geografis dan budaya, kawasan ini juga dekat dengan China,” tambahnya.***