KONTEKS.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan olahan Indonesia mencapai 13,64 juta ton sepanjang Januari–Juli 2025.
Angka ini meningkat 10,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Data BPS tersebut tidak mencakup produk turunan lain seperti minyak inti sawit (Palm Kernel Oil/PKO), oleokimia, maupun biodiesel.
Peningkatan ekspor sawit mencerminkan masih tingginya permintaan pasar global terhadap komoditas andalan Indonesia, meski industri ini kerap menghadapi tantangan isu lingkungan dan perdagangan.
Baca Juga: LPEI Kecele Saat Akan Sita Kebun Sawit Hendarto
Minyak sawit sendiri menyumbang devisa terbesar bagi sektor perkebunan dan menjadi salah satu penopang neraca perdagangan nasional.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), yang biasanya merilis data lebih luas dari BPS, juga mencatat tren positif.
Hingga Juni 2025, nilai ekspor seluruh produk sawit mencapai USD17,28 miliar (sekitar Rp 284,8 triliun) yang berarti tumbuh 34,64 persen secara tahunan.
Baca Juga: Uni Eropa Didesak segera Cabut Bea Masuk Biodiesel Sawit dari Indonesia
Lonjakan ini dipicu volume tinggi dan kenaikan harga rata-rata ekspor yang menyentuh USD1.180 per ton CIF Rotterdam, naik dari sekitar USD1.000 per ton pada tahun lalu.
Secara bulanan, nilai ekspor sawit pada Juni 2025 tercatat USD3,64 miliar, melonjak 28,84 persen dibandingkan Mei.
Permintaan kuat dari negara tujuan utama seperti China dan India menjadi pendorong utama peningkatan tersebut.
Baca Juga: Kemenangan Indonesia atas Uni Eropa di WTO Jadi Momen Lawan Kampanye Hitam Sawit
Dari sisi produksi, Gapki melaporkan gabungan produksi CPO dan PKO pada Januari–Juni 2025 mencapai 27,89 juta ton.
Itu berarti naik 6,51 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.