KONTEKS.CO.ID - Pernahkah Anda merasa uang yang Anda pegang hari ini tidak cukup untuk membeli barang sebanyak dulu?
Atau sebaliknya, harga barang tiba-tiba terus turun dari minggu ke minggu?
Kedua fenomena ini dikenal sebagai inflasi dan deflasi dan keduanya memiliki dampak besar terhadap ekonomi masyarakat.
Berikut perbedaan inflasi dan deflasi seperti dikutip dari Bank Indonesia.
Baca Juga: BPS: Indonesia Alami Inflasi 1,87 Persen pada Juni 2025
Apa Itu Inflasi?
Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum naik dari waktu ke waktu.
Artinya, nilai uang yang kita miliki menurun, karena itu kita membutuhkan lebih banyak uang untuk membeli barang yang sama.
Contohnya, jika tahun lalu harga beras Rp6.500 per liter dan kini menjadi Rp18.500 per liter, maka daya beli masyarakat pun menurun.
Dalam tingkat wajar, inflasi mencerminkan aktivitas ekonomi yang sehat: permintaan tinggi, produksi meningkat, dan produsen memperoleh keuntungan.
Baca Juga: Klaim Utang dan Inflasi Indonesia Masih Terkecil di Dunia, Prabowo: Kita Jangan Terlalu Takut
Namun, jika inflasi terlalu tinggi dan tak terkendali, daya beli masyarakat akan anjlok.
Harga-harga melambung, masyarakat menunda konsumsi, dan ketimpangan ekonomi bisa melebar.
Apa Itu Deflasi?
Sebaliknya, deflasi adalah kondisi di mana harga-harga barang dan jasa turun secara terus-menerus.
Sekilas, ini terdengar menyenangkan bagi konsumen, tetapi dalam jangka panjang, deflasi bisa menjadi tanda buruk bagi ekonomi.