KONTEKS.CO.ID – Pada awal bulan, tepatnya Rabu 1 Mei 2024, terlihat lagi tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Amerika Serikat).
Saat ini, kurs rupiah berada di level Rp16.264 per dolar AS, melemah dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp16.262.
Pelemahan nilai tukar ini menandakan level terlemah mata uang rupiah sejak April 2020 atau 4 tahun lalu, pasca-libur Panjang Lebaran 2024.
Fenomena ini tentu saja menimbulkan keprihatinan, terutama setelah kurs rupiah mencatat level terlemah.
Salah satu biang kerok dari pelemahan rupiah adalah kebijakan moneter yang bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) terapkan.
Menurut International Monetary Fund (IMF), kebijakan moneter ketat yang Bank Sentral AS (The Fed) terapkan menjadi biang kerok penguatan dolar AS terhadap mata uang di dunia, termasuk rupiah.
Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, menjelaskan bahwa The Fed menunda penurunan suku bunga karena beberapa faktor, seperti kuatnya ekonomi AS, inflasi yang mengejutkan, dan kebijakan moneter.
Tingginya tingkat suku bunga acuan di negara maju seperti AS dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang masih rendah, memicu peralihan aliran dana global ke negara-negara maju.
Hal ini pun turut menekan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang lain, termasuk rupiah.
“Anda akan melihat bahwa nilai tukar ini berada di Bawah tekanan, dan penting untuk membiarkan nilai tukar jadi penyangga terhadap guncangan, sehingga Anda dapat memenuhi tujuan stabilitas harga, target keluar, dan sebagainya,” ujar Srinivasan dalam konferensi pers IMF Asia.
Srinivasan juga menyoroti pentingnya menjaga stabilitas nilai tukar sebagai penyangga terhadap goncangan ekonomi.
Hal ini perlu agar tujuan-tujuan seperti stabilitas harga dan pencapaian target keluar dapat tercapai dengan lebih baik.
Melihat dari keterangan tersebut, menjadi jelas bahwa pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS bukanlah sekadar masalah lokal, melainkan juga terpengaruhi oleh dinamika ekonomi global, khususnya kebijakan moneter yang negara-negara maju seperti AS terapkan.
Dengan pelemahan nilai tukar mata uang RI ini tentunya patut menjadi perhatian pemerintah Indonesia.
Perlu langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang RI dan melindungi perekonomian nasional dari dampak negatif pelemahan mata uang.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"