KONTEKS.CO.ID – Nilai tukar rupiah kembali melemah pada akhir pekan ini, meskipun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan BI Rate.
Pelemahan nilai tukar rupiah ini terpicu oleh ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait kebijakan suku bunga The Fed di Amerika Serikat.
Pada Jumat pagi, 26 April 2024 pukul 9.38 WIB, kurs rupiah spot melemah 0,22% ke Rp16.223 per dolar AS dibandingkan dengan posisi kemarin di Rp16.188 per dolar AS.
Meskipun demikian, dalam sepekan, rupiah masih menunjukkan penguatan tipis sebesar 0,23% dari Rp16.260 per dolar AS pada Jumat 19 April 2024.
Pelemahan rupiah terjadi meskipun ekonomi AS menunjukkan perlambatan di kuartal pertama 2024.
Pertumbuhan ekonomi AS hanya mencapai 1,6% secara tahunan, jauh di bawah ekspektasi sebesar 2,4%. Perlambatan ini memicu spekulasi The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga acuannya.
Namun, The Fed masih perlu memantau data inflasi, terutama indikator inflasi pilihan The Fed, yaitu Personal Consumption Expenditures (PCE) yang akan rilis malam ini.
Harga energi yang tinggi berpotensi mendorong inflasi, sehingga The Fed mungkin masih akan mempertahankan suku bunga acuannya.
Menurut Krystal Tan dari ANZ Banking Group, ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menyebabkan kenaikan suku bunga BI tidak terhindari.
“Kebijakan makroprudensial BI bisa menyokong pertumbuhan ekonomi. Tetapi mereka memperlemah efek ini ketika menaikkan suku bunga,” kata Tan yang dikutip dari Bloomberg.
Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS hari ini.
Rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terbesar. Lalu won Korea, dolar Singapura, yaun China, peso Filipina, ringgit Malaysia, dan dolar Hong Kong.
Hanya dolar Taiwan, yen Jepang, dan baht Thailand yang menguat tipis terhadap dolar AS.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"