KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah melewati ambang Rp16.300.

Namun, menurut Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, penyebab utama dari tren pelemahan ini bukanlah konflik di Timur Tengah yang memanas.

Menurut Jahja, terdapat beberapa faktor musiman yang menjadi penyebab pelemahan Rupiah.

"Di antaranya adalah meningkatnya kebutuhan sektor riil," katanya pada saat konferensi pers kinerja BCA Kuartal I-2024 secara virtual, dikutip Sabtu, 27 April 2024.

Dia menjelaskan, dalam persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri 2024, pengusaha bersiap membeli bahan baku untuk kebutuhan produksi yang meningkat.

Kebutuhan ini, khususnya selama periode Lebaran, terprediksi akan melonjak jauh di atas kebutuhan pada hari-hari biasa.

"Sementara itu, faktor lain yang berkontribusi terhadap pelemahan Rupiah adalah aksi penarikan modal dari investor asing dari saham dan obligasi di pasar modal RI," katanya lagi.

Selain itu, musim pembagian dividen di kuartal pertama 2024, sebagian besar mengalir ke luar negeri untuk para investor asing yang menjadi pemilik perusahaan di Indonesia.

Jahja juga mengonfirmasi, Bank Indonesia (BI) belum melakukan intervensi terhadap pelemahan Rupiah, mengingat adanya kebutuhan riil yang meningkat.

Namun harapannya, ketbpika kebutuhan akan dolar telah menurun, bank sentral dapat melakukan langkah-langkah untuk menstabilkan kembali kurs dolar agar kembali di bawah Rp16.000.***