KONTEKS.CO.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis 4 September 2025, seiring sentimen positif dari pasar global.
Dalam dua hari terakhir, IHSG sudah naik hampir 140 poin atau 1,8 persen dan kini bertengger di level 7.885.
Penguatan IHSG pada Rabu kemarin ditopang saham-saham keuangan, semen, makanan, dan emiten sumber daya.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Rebound, Simak Deretan Saham yang Perlu Dilirik
Saham Vale Indonesia naik 6,78 persen, BNI menguat 2,32 persen, Semen Indonesia dan Indocement masing-masing melesat 3,32 persen, serta Indofood Sukses Makmur naik 2,67 persen.
Meski demikian, beberapa saham masih terkoreksi, seperti United Tractors yang turun 1,16 persen dan Indosat Ooredoo Hutchison melemah 0,76 persen.
Dari Wall Street, bursa saham Amerika Serikat bergerak variatif. Dow Jones melemah tipis 0,05 persen, sementara Nasdaq melonjak 1,02 persen dan S&P 500 naik 0,51 persen.
Baca Juga: IHSG Sempat Sentuh Level 8.000 saat Prabowo Sampaikan Pidato Kenegaraan
Kenaikan Nasdaq terutama didorong reli saham Alphabet (GOOGL) setelah putusan pengadilan antimonopoli yang menguntungkan perusahaan tersebut.
Sementara, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah lowongan pekerjaan pada Juli turun ke titik terendah dalam 10 bulan terakhir.
Data ini meningkatkan keyakinan investor bahwa The Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga, memberi sentimen positif ke pasar saham global.
Baca Juga: IHSG Meroket 86 Poin, Sektor Teknologi Jadi Pendorong Utama
Namun, harga minyak mentah dunia justru tertekan. Minyak WTI untuk kontrak Oktober turun 2,52 persen ke level USD63,94 per barel.
Hal itu akibat kekhawatiran kelebihan pasokan setelah OPEC dikabarkan akan meningkatkan produksi dalam pertemuan pekan ini.***
Artikel Terkait
Bukan Modal, Ini Faktor Tersembunyi yang Jadi Penentu Sukses Awal Investasi Saham di 2025
Gejolak Politik Tekan Pasar Saham Indonesia dan Thailand, Ini Analisis Pakar
Isu BLBI Bayangi Saham BCA, Fundamental Tak Cukup Tahan Tekanan
Saham Nestle Runtuh 2,5 Persen Usai CEO Laurent Freixe Dicopot Gara-gara Skandal Asmara, Investor Heboh Cari Kepastian