KONTEKS.CO.ID - Frekuensi hujan di Kutub Utara bakal dua kali lipat pada tahun 2100. Ini artinya lebih banyak hujan akan turun di wilayah itu daripada salju, menurut sebuah studi baru.
Arktik meliputi Samudera Arktik dan bagian paling utara Alaska, Kanada, Rusia, dan Greenland. Saat planet ini menghangat, peristiwa curah hujan Arktik yang lebih sering dan intens diperkirakan akan merambah lebih jauh ke arah pusat Samudera Arktik dan daratan Greenland, menciptakan "Arktik baru".
Tingfeng Dou, penulis utama dan ilmuwan iklim di University of Chinese Academy of Sciences, mengatakan, “Di masa lalu, curah hujan terutama terbatas pada tepi lapisan es Greenland. Di masa depan, ini akan berubah secara radikal karena curah hujan akan meluas lebih jauh ke lokasi pedalaman dan menjadi katalis untuk ablasi lapisan es lebih lanjut.”
Melansir laman Meteorological Technology International, Sabtu, 8 Oktober 2022, pergeseran ke Arktik yang lebih hujan diperkirakan bisa meningkatkan pencairan permafrost, melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca. Ini juga kemungkinan akan mempercepat hilangnya lapisan es laut, yang kemungkinan akan memicu konsekuensi bagi ekologi Arktik dan masyarakat adat, serta komunitas di seluruh dunia.
Benua Antartika juga diprediksi akan mengalami hujan dua kali lipat yang serupa pada 2100 di bawah skenario emisi tinggi. “Bahkan curah hujan biasa dapat dianggap sebagai peristiwa ekstrem di wilayah kutub,” keluh Dou.
“Jumlah kematian rusa kutub yang disebabkan oleh satu peristiwa hujan di atas salju dapat berkisar dari beberapa ratus hingga ribuan,” bebernya mengkhawatirkan.
Ini karena peristiwa hujan di atas salju, yang terjadi ketika hujan jatuh ke tumpukan salju yang ada dan membeku menjadi kerak es, dapat menjebak sumber makanan di bawah lapisan es.