KONTEKS.CO.ID -Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra pada akhir November 2025 lalu memutus akses vital antar daerah.
Salah satu dampak terparah terjadi pada jembatan Teupin Mane yang menghubungkan Kabupaten Bireuen dengan Aceh Tengah, yang ambruk diterjang arus deras sungai.
Putusnya jembatan tersebut berdampak langsung pada terhambatnya distribusi bantuan, terutama menuju wilayah Bener Meriah.
Baca Juga: Terus Dikebut, BNPB Targetkan Jembatan Bailey di Bireuen Bisa Digunakan Akhir Pekan Ini
Kondisi itu membuat daerah tersebut sempat mengalami keterisolasian karena bantuan logistik dan kebutuhan dasar tidak dapat masuk secara optimal.
Sudah Mulai Beroperasi
Situasi mulai berubah setelah jembatan darurat Bailey Teupin Mane resmi mulai difungsikan.
Sejak Senin, 15 Desember 2025, jembatan darurat tersebut kembali menghubungkan jalur Bireuen-Aceh Tengah sekaligus membuka akses penting menuju Bener Meriah.
Jembatan Bailey ini dibangun sebagai solusi darurat setelah pondasi jembatan permanen di atas sungai selebar sekitar 180 meter putus akibat terjangan banjir bandang.
Pembangunan jembatan darurat dilakukan untuk memastikan mobilitas warga serta mempercepat penyaluran bantuan ke wilayah terdampak.
Pengoperasian jembatan Bailey menjadi langkah krusial untuk memulihkan akses logistik, baik bagi bantuan kemanusiaan maupun aktivitas warga menuju daerah pedalaman.
Pembangunan jembatan ini juga dikebut setelah kunjungan Presiden Prabowo Subianto pada Minggu, 7 Desember 2025 lalu.
Secara teknis, jembatan Bailey tersusun dari panel-panel baja yang dirakit menggunakan baut, sehingga memungkinkan pemasangan cepat serta pembongkaran jika jembatan permanen telah dibangun.