3. Pemain Diaspora Mendominasi
Dari 23 pemain di skuad utama, 15 di antaranya adalah pemain diaspora yang berkarier di luar negeri—terutama di Prancis dan Belgia.
Kombinasi pemain lokal dan diaspora ini menciptakan gaya permainan dinamis antara fisik khas Afrika dan teknik Eropa.
4. Konsistensi Prestasi di Level Afrika
Sebelum menjuarai dunia, Maroko U-20 sudah tampil impresif dengan menjadi runner-up Piala Afrika U-20 dan juara turnamen UNAF U-20 2024.
Keberhasilan beruntun ini menunjukkan bahwa kemenangan mereka di Piala Dunia bukan kebetulan.
Baca Juga: Canva Gangguan Dikeluhkan Desainer se-Jagad, Server AWS Down Jadi Biang Keroknya
5. Hanya Sekali Kalah Sepanjang Turnamen
Sepanjang turnamen, Maroko hanya sekali kalah — saat melawan Brasil di fase grup (1-2).
Setelah itu, mereka bangkit luar biasa hingga tak terkalahkan di babak gugur.
Mental juara itu jadi pembeda utama dibanding tim-tim kuat lain seperti Spanyol dan Argentina.
Baca Juga: Bruno Fernandes: Tekanan Fans Liverpool Justru Bikin MU Menang di Anfield!
Kemenangan ini menandai era baru bagi sepak bola Afrika. Maroko membuktikan bahwa kerja keras, konsistensi, dan visi pembinaan usia muda bisa membawa negara non-tradisional menembus puncak dunia.
Dengan fondasi kuat yang mereka bangun, bukan tak mungkin kelak pemain-pemain muda ini akan jadi tulang punggung Timnas Maroko senior di Piala Dunia 2030 mendatang.***
Artikel Terkait
Arne Slot Sindir Gaya Main MU Usai Liverpool Kalah 1-2 di Anfield
Timur Kapadze Buka Suara Soal Kemungkinan Melatih Timnas Indonesia
Harry Maguire: Gol Ini Bukan Sekadar Tiga Poin, Tapi Kebanggaan!
AC Milan di Puncak Klasemen Seri A Italia, Allegri Minta Anak Asuh Tak Lupa Diri
Bruno Fernandes: Tekanan Fans Liverpool Justru Bikin MU Menang di Anfield!