Data dari platform jual beli mobil menunjukkan jumlah iklan mobil listrik bekas tak lebih dari satu per seribu dibanding mobil bensin atau diesel.
Itu bukan selisih kecil, tapi sinyal bahaya.
Stigma Kalahkan Fakta
Baca Juga: Presiden Trump Ejek Partai Baru Bikinan Elon Musk, Perseteruan Makin Panas
Ironisnya, banyak unit EV bekas yang kondisinya sebenarnya masih sangat prima.
Contohnya Ioniq Electric yang sudah menempuh 400 ribu kilometer dalam lima tahun, namun performanya tetap stabil.
Tapi fakta itu tenggelam oleh persepsi. Di benak konsumen, mobil listrik bekas identik dengan “potensi masalah besar”.
Selama tak ada sistem pengecekan kesehatan baterai yang resmi dan transparan, persepsi ini akan terus jadi momok.
Baca Juga: Cetak Sejarah, Nilai Hubungan Perdagangan Nigeria dan Indonesia Tembus Rp76,1 Triliun
Teknologi Bergerak Terlalu Cepat
Masalah lain datang dari kecepatan inovasi.
Setiap tahun, model baru keluar dengan fitur lebih canggih dan harga lebih kompetitif.
Produsen Tiongkok bahkan ikut memukul harga EV baru hingga makin terjangkau.
Baca Juga: Buka KTT BRICS, Presiden Brasil Bawa-Bawa Nama Bandung
Ini membuat mobil bekas terpaksa banting harga lebih cepat dari biasanya, meski kondisi masih oke.
Pembeli akhirnya lebih tergoda beli baru sekalian.
Turunnya harga bukan berarti mobil listrik bekas jelek.