KONTEKS.CO.ID – Harga mobil listrik di China jatuh ke tingkat terendah sepanjang sejarah industri electric vehicle (EV) negara tersebut.
Kejatuhan harga menyusul kebijakan produsen terkemuka EV China, BYD dan Xpeng, yang telah memicu perang harga sengit.
Keduanya mencoba menghidupkan kembali angka penjualan kendaraan listrik China yang belakangan menyusut. Pada bulan Februari, kedua perusahaan bergulat dengan kemerosotan penjualan yang signifikan.
Gizmo China melaporkan, Selasa 5 Maret 2024, penjualan BYD anjlok hampir 40% bulan ke bulan dan Xpeng mengalami penurunan hampir 45%.
BYD, yang berkantor pusat di Shenzhen dan mendapat dukungan Berkshire Hathaway dari Warren Buffett, mengambil sikap agresif dengan memangkas harga SUV Yuan Plus yang diperbarui menjadi hanya Rp262 juta atau turun 11,8% dibandingkan pendahulunya.
Langkah ini mengikuti serangkaian pemotongan harga yang BYD terapkan selama beberapa pekan terakhir. Hal itu menunjukkan upaya gigih perusahaan untuk merangsang penjualan di tengah lanskap pasar yang penuh tantangan.
Harga Mobil Listrik China Turun karena Banyak Faktor
Sementara itu, Xpeng, yang berbasis di Guangzhou, memperpanjang diskon Rp44 juta untuk SUV G6 populernya hingga akhir bulan.
G6 entry-level, sekarang terhargai Rp415 juta atau mengalami penurunan signifikan dari harga sebelumnya sebesar Rp459 juta.
Perpanjangan diskon ini sebagai respons terhadap rendahnya pengiriman dan bertujuan untuk menarik pembeli yang ragu-ragu belanja ke pasar.
Para pengamat dan analis industri memperkirakan akan terjadi eskalasi perang harga yang sedang berlangsung. Kemungkinan besar akan semakin banyak produsen yang ikut serta untuk menjaga pangsa pasar mereka.
Para ahli telah menekankan risiko hilangnya pangsa pasar bagi pesaing yang gagal menyesuaikan strategi penetapan harga sejalan dengan dinamika pasar yang berlaku.
Beberapa faktor berkontribusi terhadap melemahnya permintaan kendaraan listrik di China, termasuk kurangnya kepercayaan terhadap prospek perekonomian. Lalu permasalahan yang sedang berlangsung di sektor properti, dan penghentian subsidi sebesar Rp26 juta untuk pembelian kendaraan listrik.
Menanggapi penurunan penjualan yang signifikan pada bulan Februari, BYD memulai gelombang penurunan harga pada seri Dolphin, Han, Tang, Song, dan Seal untuk mempertahankan daya saing.
Pengurangan yang paling menonjol terjadi pada hibrida plug-in Qin Plus DM-i yang terperbarui, dengan harga 20% di bawah versi sebelumnya pada kisaran Rp174 juta.
Dampak dari strategi penetapan harga BYD berdampak pada seluruh industri, dan tiga produsen mobil lainnya. Termasuk perusahaan patungan General Motors, mengikuti langkah yang sama dengan menetapkan harga mobil bertenaga baterai terlaris mereka di bawah ambang batas Rp219 juta, sehingga meningkatkan perang harga.
Xpeng juga merasakan dampak penurunan pengiriman di bulan Februari. Mereka mengalami penurunan 44,9% bulan ke bulan menjadi 4.545 unit, terendah sejak Maret 2021.
Tesla Ikut Perang Harga
Menanggapi dinamika pasar, Tesla, pemain dominan di segmen EV premium China, mengumumkan subsidi sebesar Rp17 juta bagi pembeli yang membeli asuransi mobil dari mitranya, berlaku hingga akhir Maret.
Selain itu, pabrikan lain, seperti Leapmotor yang berbasis di Hangzhou, menyesuaikan harga kendaraan mereka lebih rendah dari rencana awal. SUV C10 baru Leapmotor kini dijual dengan harga Rp281 juta mencerminkan penurunan 17,3% dari harga prapenjualannya di bulan Januari.
Pakar industri memperkirakan bahwa sebagian besar produsen mobil akan menawarkan diskon dan terlibat dalam perang harga untuk mempertahankan pangsa pasar pada tahun 2024.
Meskipun pertumbuhan penjualan kendaraan listrik diperkirakan melambat oleh Fitch Ratings, langkah-langkah stimulus pemerintah dan kebijakan yang menguntungkan dari produsen seperti Tesla diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pesat. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"