KONTEKS.CO.ID – Emisi mobil listrik tengah menjadi perbincangan panas di industri otomotif Indonesia. Pernyataan itu ternilai tak sesuai arahan Presiden Jokowi.
Bagaimana tidak, Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menyebut emisi mobil listrik ternyata masih lebih tinggi ketimbang kendaraan hybrid dan bensin.
Pernyataan ini langsung menuai kecaman dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB). Komite mengkritisi dasar dari argumen dari Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita terkait emisi kendaraan listrik.
Dalam diskusi online, KPBB menginformasikan data dan simulasi soal emisi yang keluar dari ketiga kendaraan tersebut.
Pengujian Emisi Mobil Listrik
Dan hasilnya sudah bisa tertebak, mobil listrik murni yang melakukan pengecasan dengan menggunakan PLTU batu bara memproduksi emisi karbon 67,8 gram/km. Sedangkan mobil hybrid dan konvensional masing-masing menghasilkan 76,7 gram/km dan bensin 179,1 gram/km.
Emisi karbon mobil bensin sebesar 179,1 gram/km adalah hasil dari pengujian kendaraan bermesin 2.000 cc dengan standar Euro 6.
“Sementara untuk mobil listrik dengan emisi karbon 67,8 gram/km diuji menggunakan kendaraan berdaya 85 kW dan dicas menggunakan PLTU batu bara,” kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, melansir Selasa 12 Desember 2023.
Ia menjelaskan, emisi karbon mobil konvensional atau bensin terhasilkan dari pengujian kendaraan bermesin 2.000 cc dengan standar Euro 6. Sedangkan untuk mobil listrik menjalani pengujian EV berdaya 85 kW. Kemudian tercas dengan listrik dari PLTU batu bara.
Ahmad Safrudin mengutarakan, ketika mobil listrik tercas menggunakan PLTGU, maka emisi karbon EV turun lagi menjadi cuma 35,5 gram/km. Dan saat pengecasan dengan listrik energi terbarukan, emisi EV turun lebih signifikan menjadi 9,9 gram/km.
Simulasi tersebut membuktikan, tercas dengan PLTU atau energi terbarukan, emisi kendaraan EV tetap lebih rendah emisi ketimbang mobil bensin.
Dengan demikian, jelas EV berbasis baterai memiliki kemampuan menekan emisi terendah. Meskipun masih tercas menggunakan PLTU dengan bahan pembangkit batu bara.
Dia pun mengingatkan seluruh semua pihak untuk tak lagi membangun kampanye hitam tentang kendaraan listrik. Karena aksi itu tak sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No 55 Tahun 2019.
Sekadar informasi, Menperin mengungkapkan, emisi EV ternyata lebih tinggi dari kendaraan hybrid dan bensin. Ia beralasan sumber energi listriknya masih berasal dari fosil.
Menperin mengatakan, jejak karbon termulai sejak produksi kendaraan. Khususnya saat proses pembuatan baterai.
“At the end of the day datanya mengatakan, per unit karbon yang dihasilkan oleh EV itu lebih tinggi ketimbang hybrid. Bahkan lebih tinggi dari pada ICE (mobil bensin) lantaran sumber energinya dari fosil,” cetus Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"