KONTEKS.CO.ID - Komisi Perdagangan Adil (FTA) Jepang menggerebek kantor Harley-Davidson Jepang, anak perusahaan Harley-Davidson, Incorporated.
Alasannya merekA menggerebek kantor Harley-Davidson Jepang adalah adanya dugaan kuota penjualan berlebihan pada dealer kontrak.
Menurut beberapa laporan berita media Jepang, sejumlah sumber menduga H-D Jepang mulai menetapkan kuota penjualan yang sangat tinggi sekitar tahun 2020-2021.
Dealer yang terikat kontrak mereka ancam tidak akan bisa memperbarui kontraknya jika tidak memenuhi kuota penjualan yang tinggi tersebut.
Hal ini, pada gilirannya, membuat dealer tidak punya pilihan selain membeli sepeda motor sendiri untuk memenuhi kuota.
Dalam beberapa kasus, menurut dugaan, ini termasuk model yang tidak mereka inginkan atau tidak dapat untuk diperjualbelikan di wilayah mereka.
Berdasarkan skema ini, sepeda motor tersebut kemudian dealer beli atas nama eksekutif dan karyawan tetap di toko tersebut.
Namun karena sepeda motor kemudian teranggap sebagai sepeda motor "yang tidak terpakai dan terdaftar" menurut hukum Jepang, maka mesin-mesinnya akan langsung terdepresiasi nilainya. Mesin-mesin tersebut pada akhirnya akan dealer jual dengan kerugian.
Jika tuduhan ini benar, kita dapat melihat masalahnya.
Harley-Davidson Jepang Langgar UU Anti-Monopoli
Lebih dari itu, jika tuduhan ini benar, FTC Jepang yakin bahwa hal itu dapat menjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Anti-Monopoli yang ketat di negara tersebut.
Lebih khusus lagi, hal itu dapat melanggar ketentuan yang tersebut sebagai "penyalahgunaan posisi tawar yang unggul". Sebab H-D Jepang terlaporkan mengancam akan membatalkan kontrak-kontrak dealer jika mereka tidak menyetujui rencana ini.
Harley-Davidson Jepang adalah anak perusahaan Harley-Davidson, yang melaporkan penjualan sepeda motornya di seluruh dunia menurut segmen geografis berikut: Amerika Serikat, Kanada, Total Amerika Utara, Eropa/Timur Tengah/Afrika (EMEA), Asia Pasifik, dan Amerika Latin.
Karena perusahaan melaporkan penjualan menurut wilayah dan bukan menurut negara, angka pasti untuk Jepang sendiri tidak jelas. Namun, jika melihat hasil keuangan HD dari tahun 2020 hingga saat ini, terlihat penjualan di kawasan Asia Pasifik turun beberapa ribu unit pada 2020 ketimbang 2019.
Untuk tahun fiskal 2021, penjualan regional Asia Pasifik turun 8% dari tahun ke tahun. Namun, pada tahun 2022, penjualan di Asia Pasifik sedikit membaik, naik 12% dari tahun ke tahun dibandingkan tahun 2021. Angka penjualan tahun 2023 sedikit turun untuk kawasan Asia Pasifik, turun 3%.
Periode pelaporan terbaru Motor Company pada Q2 2024 mencakup pelaporan bahwa penjualan di kawasan Asia Pasifik turun sebesar 14% tahun-ke-tahun untuk FY2024 hingga saat ini. Dan turun 16% untuk Q2 tahun 2024 daripada Q2 tahun 2023. ***