KONTEKS.CO.ID – Sejarah GANEFO. Apa itu GANEFO? Benarkah itu ciptaan Soekarno? Apakah waktu itu politik juga ada dalam olahraga?
Sejarah GANEFO bermula dari perjalanan pesta olahraga dunia bernama olimpiade.
Olimpiade sebelumnya hanya untuk negara-negara Eropa saja. Akhir abad 19 orang-orang Eropa tahu pun tahu bahwa olahraga bisa menjadi ajang diplomasi.
Saat itu, sebagian negara-negara Asia Afrika dan Amerika Latin belum mendapatkan kemerdekaannya.
Berawal dari Olimpiade
Olimpiade modern pertama baru terselenggara pada 9 April 1896 di Athena, Yunani. Peserta yang 14 negara. Pada Olimpiade ini untuk pertama kalinya negara di luar Eropa bisa mengikuti ajang tersebut.
Olimpiade pertama adalah hasil pembentukan dari International Olympic Committee (IOC) pada 1894 dengan Demetrius Vikelas sebagai ketua di komite tersebut.
Setelah Olimpiade Athena sukses, empat tahun berikutnya giliran Paris menjadi tuan rumah pada tahun 1900. Pesertanya bertambah menjadi 28 negara.
Olimpiade dengan peserta negara-negara dari lima benua baru terjadi pada 1912.
Di saat yang sama, logo resmi IOC rancangan Baron Pierre de Coubertin tercipta. Logo dengan lima cincin berwarna-warni tetap bertahan hingga kini, yang melambangkan lima benua yang berpartisipasi. Sejak saat itu setiap tuan rumah Olimpiade memasang logo lima cincin.
Olahraga memang bisa jadi ajang diplomasi, tetapi belum mampu menghentikan perang. Malah Perang Dunia pertama yang meletus pada 1914 berimbas pada gagalnya perhelatan Olimpiade 1916. Olimpiade diadakan lagi pada 1920 di Brussel.
Olimpiade belum sepenuhnya menjadi diplomator terbaik untuk setiap negara. Seharusnya negara bertarung dengan mengutus atlet unggulannya di arena perlombaan, bukan dengan perang dan saling membunuh.
Bukti kegagalan itu berdampak pada meletusnya Perang Dunia II pada 1939 perang dunia kedua berakhir pada 1945. Di tahun yang sama, Indonesia pun merdeka.
Indonesia Ikut Olimpiade
Saat olimpiade berlangsung di London pada 1948, Indonesia belum ikut karena masih menghadapi agresi militer Belanda. Padahal Indonesia sudah membuat Komite Olahraga pada 1946, beberapa bulan setelah merdeka.
Setelah Belanda resmi hengkang pada 1949, Bung Karno sebagai pemimpin Republik mulai menancapkan kuku Indonesia di kancah internasional pada semua aspek, terutama politik.
Berturut-turut, Indonesia masuk sebagai anggota PBB pada 28 September 1950, lalu mengikuti Asian Games pertama pada 1951 di Kalkuta, dan kemudian pertama kali ikut ajang Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia.Â
PBB, yang katanya dibuat untuk mendamaikan negara-negara yang berperang dan memerdekakan negara-negara jajahan, belum cukup bagi Bung Karno. Ia menilai PBB hanya menjadi ajang dominasi oleh negara-negara adikuasa saja.
Soekarno pun merancang Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 di Bandung. tujuannya adalah mengumpulkan negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka, termasuk Jepang yang menjajah Indonesia, yang kalah di Perang Dunia II. Gerakan Ini mendapat respons positif dari negara-negara yang senasib.
Ada Politik dalam Olahraga
Bung Karno yang meyakini bahwa olahraga adalah salah satu cara untuk berdiplomasi. Sebab, Soekarno justru menemukan bahda ada politik dalam olahraga.Â
Hal itu Soekarno rasakan sejak Olimpiade Melbourne 1956. Saat itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) melarang China dengan nama Republik Rakyat China untuk mengikuti event tersebut. Penyebab, China adalah negara komunis.
Komite Olimpiade Internasional lebih memilih Taiwan atau Republik China untuk mengikuti Olimpiade Melbourne 1956.
Sebagai informasi, perang China yang meletus pada 1927 berakhir dengan kemenangan China daratan atau komunis. Pada 1950 perang tersebut berakhir, namun kedua negara saling klaim satu sama lain. Komite Olimpiade Internasional hanya mengakui Taiwan sebagai negara yang sah.
Bung Karno yang meyakini bahwa olahraga adalah salah satu cara untuk berdiplomasi, justru politiklah yang ditemukan Bung Karno dalam olahraga. Ia sadar akan adanya politik dalam olahraga,
Bung Karno pun mulai bereaksi. Ia menentang Barat yang sudah berpolitik di olahraga dunia. Soekarno sendiri berpendapat bahwa Israel telah menduduki Palestina.
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim mengakui kemerdekaan Palestina. Oleh sebab itu, Bung Karno menilai pendudukan Israel atas beberapa wilayah Palestina adalah sebuah penjajahan, kolonialisme.
Pilih WO Versus Israel
Bung Karno pun memboikot laga Timnas Indonesia Vs Israel pada kualifikasi Piala Dunia 1958 di Swedia.
Lewat instruksi Bung Karno, Timnas Indonesia kalah WO karena tidak mau bertanding melawan Israel. Bagi Bung Karno, jika pertandingan itu terlaksana, artinya Indonesia mengakui kedaulatan Israel.
Dua tahun berikutnya, Jerman Timur yang berkonfrontasi dengan Jerman Barat tidak mendapatkan hak untuk Olimpiade musim dingin 1960 di California, Amerika Serikat.
Seturut fakta tersebut, Bung Karno menganggap Komite Olimpiade internasional adalah alat negara adikuasa untuk meruntuhkan negara berkembang.
Sementara Komite Olimpiade Internasional membantah adanya politik dalam olahraga, dengan hal itu justru Bung Karno membuktikan bahwa olahraga tidak bisa lepas dari politik.
Majulah Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962 di Jakarta. Sebagai wujud respek terhadap China, Asian Games Jakarta tidak mengundang Taiwan dan Israel.
Atas sikap Indonesia itu, Komite Olimpiade Asia menilai Indonesia telah melanggar statuta Olimpiade, karena Taiwan dan Israel adalah anggota Komite Olimpiade Internasional.
Asian Games Jakarta 1962 berjalan lancar. Namun Indonesia menjadi pusat perhatian karena tindakan Bung Karno tidak mengundang Taiwan dan Israel. Imbasnya, Indonesia tidak boleh ikut dalam Olimpiade Tokyo 1964.
GANEFO I Sukses
Bung Karno tidak takut. Ia membuat GANEFO (Games of New Emerging Forces) atau Pesta Olahraga Negara-negara Berkembang oleh Bung Karno pada 1963, setahun setelah Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games Jakarta.
Sejarah GANEFO pertama terselenggara pada 10-22 November 1963 di Jakarta sebagai tandingan Olimpiade karena Indonesia tidak ikut di ajang tersebut.
Seluruh negara berkembang di dunia merespons positif inisiatif soekarno. Jumlah partisipan mencapai 51 satu negara. Sebagian besar adalah negara anggota KAA, sebagian lagi negara Amerika Latin, dan sisanya negara-negara di Eropa.
Dalam ajang GANEFO, Bung Karno mengundang China dan Palestina. Komisi Olimpiade Internasional sebelumnya melarang dua negara ini mengikuti olimpiade. China berhasil menjadi juara umum di ajang GANEFO I.
Suksesnya GANEFO pertama dan keberhasilan Indonesia menarik 51 negara partisipan, membuat Komite Olimpiade Internasional geram. Lembaga ini mengancam akan melarang atlet-atlet yang berpartisipasi.
Desakan IOC dan Wafatnya Bung Karno
Tak peduli ancaman IOC, GANEFO kedua tetap terlaksana di Kamboja pada 25 November – 6 Desember 1966. Namun jumlah partisipan turun menjadi 17 negara.
Selain itu, karena ancaman Komite Olimpiade Internasional, atlet yang berlaga di GANEFO II bukanlah atlet-atlet terbaik dari negara partisipan.
Pada 20 Februari 1967 Bung Karno sudah tidak menjadi presiden. Jabatan sudah beralih ke Jenderal Soeharto karena fisik Bung Karno yang menurun.
Di bawah Presiden Soeharto, Indonesia memohon Komite Olimpiade Internasional menerima kembali Indonesia dan mengikutsertakannya di Olimpiade Meksiko 1968.
Saat Soekarno wafat 21 Juni 1970, sebetulnya itu merupakan jadwal pelaksanaan GANEFO. Namun pesta olah raga rintisan Bung Karno itu bubar jalan. Musababnya, sejak di bawah kepemimpinan Soeharto Indonesia sudah ikut dalam Olimpiade Meksiko 1968.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"