KONTEKS.CO.ID - CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) meningkatkan kepercayaan publik terhadap penghitungan suara untuk Pemilu 2024.
Eep mengharapkan KPU bisa mempercepat ketidakpastian terkait dengan hasil pilpres dan segera mungkin KPU menyelesaikan perhitungan.
Janji KPU untuk menyegerakan penghitungan sesungguhnya atau real count harus dapat dipenuhi.
Meski berulang-ulang internet KPU down dan dengan sistem yang telah disampaikan sebelumnya oleh KPU, hanya satu hari hasil pilpres harusnya sudah dapat diketahui. Tentu bila sistem di KPU berjalan.
Dapat dilihat bahwa kerja KPU dianggap sangat lambat. Dicontohkan Eep, hingga pukul 21.30 WIB pada hari pencoblosan, penghitungan untuk pilpres yang masuk KPU baru 18% saja.
“Dilihat apa yang digambarkan kpu sebelum ini sangat lambat, percepat itu. Pertinggi kepercayaan publik terhadap hitungan KPU,” katanya di Metro tv pada Rabu, 14 Februari 2024.
Kepercayaan publik kata Eep Saefulloh, dapat dilakkukan dengan sangat mudah. KPU hanya tinggal menampilkan foto C1 plano sesuai dengan data yang diinput.
“Caranya senderhana, tampilkan foto C1 plano, kalau memang terlalu panjang, dikarenakan ada tiga halaman, tampilkan halaman 2 saja, yang memuat rincian suara untuk setiap kandidat. halaman 1 dan halam 3 bisa disusulkan,” katanya.
Eep Saefulloh menambahkan, keluar dari masalah KPU, setiap orang Indonesia harus membangun kualitas diri sebagai warga negara.
Mulai dari menjaga hak kita, mengetahui hak orang lain, menunaikan kewajiban kita terhadap orang lain, jangan menunggu orang lain, tidak bertumpu pada pemimpin dan rebut masa depan.
“Terakhir, kalau hak kita dicederai, lawan dengan cara beradab. Dengan cara ini demokrasi indonesia akan kita jaga,” katanya.
Masa depan Indonesia harus diwujudkan dan tidak ada kaitan dengan Prabowo dan Gibran. Warga negara harus tampil untuk menjemput masa depannya.
“Bukan karena prabowo hebat, gibran hebat, tidak ada cerita begitu. Warga negara yang harus tampil, dan mereka yang menjemput masa depan,” ujarnya lagi.
Warga negara, juga jangan sampai mengantungkan harapan kepada pemimpin, masa depan Indonesia bukan berada di tangan Prabowo dan Gibran.
“Jangan bikin spanduk dengan tulisan, misalnya kalau nanti sudah ditetapkan, Prabowo-Gibran masa depan Indonesia di tangan Anda, salah, salah se salah-salahnya,” katanya.
“Masa depan Indonesia di tangan setiap orang yang merasa terpanggil. itu yang paling betul,” katanya lagi.***