nasional

Reformasi Belum Tuntas, Justru Ada Upaya Merusak Demokrasi

Minggu, 21 Mei 2023 | 11:47 WIB
Aktivis berkumpul di gedung DPR RI untuk mengingatkan kembali bahwa reformasi belum tuntas.

KONTEKS.CO.ID - Hari ini 25 tahun yang lalu gerakan reformasi yang dimotori mahasiswa melengserkan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Meski rezim berganti perlawanan terhadap KKN dan Dwi Fungsi ABRI kala itu, hingga kini belum tuntas.

Pada Minggu, 21 Mei 2023 para aktivis yang difasilitasi Aliansi Demokrasi untuk Rakyat (Aldera) kembali mengumpulkan para penggerak demokrasi di gedung DPR RI untuk mengingatkan kembali, bahwa reformasi belum tuntas. Bahkan ada wacana presiden tiga periode dan penundaan pemilu.

"Hari ini kami kembali ke gedung DPR dalam rangka memperingati 25 tahun reformas, yang dahulu ketika kami masih mahasiswa memperjuangkan demokrasi, kebebasan berserikat dan berkumpul anti KKN dan membatasi jabatan presiden serta menolak Dwi Fungsi ABRI," kata Harlan, Pendiri West Jawa Corruption Watch, aktivis 98 di Kompleks Parlemen, Jakarta.

Harlan menambahkan, peringatan 25 tahun reformasi tahun ini diperingati dalam situasi tidak nyaman. Karena Presiden Jokowi dan lingkarannya terus menggabungkan wacana Presiden tiga periode, perpanjangan masa jabatan presiden hingga penundaan Pemilu.

Padahal Presiden Jokowi, hingga para kepala daerah saat ini merupakan penikmat dari demokrasi yang diperjuangkan para mahasiswa yang menggelorakan reformasi di tahun 98. Presiden harus bisa menikmati suasana reformasi dan harus merawat demokrasi. Jangan main-main terhadap demokrasi.

Perlawanan terhadap KKN pada 98 belum berdampak hingga saat ini. Bahkan korupsi, Nepotisme dan kolusi masih sangat tinggi, ada korupsi ratusan triliun dan tidak terbayangkan sebelumnya.

Selain itu perlawan terhadap Dwi Fungsi ABRI saat reformasi 98 juga tak berdampak signifikan terhadap kondisi saat ini. Bahkan perpecahan terjadi di masyarakat. Setelah Dwi Fungsi ABRi tidak ada, justru polisi menjadi multi fungsi.

Atas dasar itu perjuangan untuk demokrasi, merawat demokrasi, perjuangan untuk merawat kebhinekaan, perjuangan untuk membersihkan negeri ini dari KKN, Pemilu yang demokratis tepat waktu harus terus diperjuangkan dan disuarakan kembali.

Sementara itu, Joko Oetoro Omarion, Aktivis 80 dari Unisba, Bandung menyatakan hal senada. Ia melihat perayaan 25 tahun Reformasi Memanggil ini sebagai acara silaturahmi dan mengukur kembali kesetiaan para aktivis akan cita-cita reformasi 98.

"Reformasi masih jauh dengan yg diperjuangkan berdarah darah pada 98. Saya melihat napak tilas sebagai Silaturahmi ketemu teman dulu masih konsisten apa engga?. Keliatan yang masih konsisten atau tidak. Keliatan sekarang.Mudah mudahan kegiatan ini mengingatkan tujuan reformasi belum tercapai. Makasih buat Aldera yang mengingatkan kembali. Dan itu harus terus diingatkan," katanya.***

Tags

Terkini