nasional

Di Hadapan Paus Fransiskus, Quraish Shihab Singgung Fobia Agama dan Perubahan Iklim

Sabtu, 5 November 2022 | 12:02 WIB
Cendekiawan Muslim Indonesia, M Quraish Shihab, berbicara fenomena fobia agama dan perubahan iklim di depan Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus. Foto: Ist


KONTEKS.CO.ID - Dalam Sidang Reguler ke-16 Majelis Hukama Muslimin (MHM), Cendekiawan Muslim Indonesia M Quraish Shihab berbicara tentang fenomena fobia agama dan tantangan perubahan iklim yang kini melanda dunia.





Berbeda dari biasanya, sidang MHM yang diadakan di Bahrain tersebut turut dihadiri Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus. Sedangkan sidang dipimpin Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al Tayeb yang juga Ketua MHM. Turut hadir anggota Komite Eksekutif MHM asal Indonesia, TGB M Zainul Majdi.





Di hadapan para pemuka agama dari berbagai negara, M Quraish Shihab yang juga anggota dan pendiri MHM itu mengawali pandangannya dengan menyatakan bahwa meneruskan dialog Islam-Kristen yang diamanatkan oleh Piagam Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi tiga tahun yang lalu adalah suatu tujuan yang mungkin dicapai.





Menurut dia, tema “Tantangan yang Dihadapi Umat Manusia Abad ke-21” yang dibahas dalam pertemuan itu menjadi bukti bahwa dialog antara pemimpin agama di dunia, yang diwakili Paus Fransiskus dan Syekh Ahmad Al-Tayeb, mulai menunjukkan hasilnya.





"Salah satu tantangan terbesar umat beragama saat ini adalah fobia terhadap agama sehingga membuat orang terancam mengalami kekeringan rohani. Fobia terhadap agama membuat orang mengalami kemiskinan moral yang dampaknya dapat terlihat pada perilaku individu, keluarga, dan masyarakat," jelas Quraish Shihab, Jumat, 4 November 2022.





Dalam hal berkeluarga, jelas dia, ada kecenderungan orang untuk keluar dari fitrah suci manusia. Mereka mengeksploitasi anak untuk bekerja, serta melakukan tindak kekerasan terhadap perempuan.





Di sisi lain, fobia terhadap agama juga berdampak pada terjadinya krisis pangan akibat tidak adanya keadilan dan solidaritas. Hal itu pada gilirannya mengancam kehidupan jutaan manusia, terutama kaum lemah, yang menjadi korban perang.


Halaman:

Tags

Terkini