nasional

Tantangan G20: Dari Impossible Jadi I’m Possible (KTT G20 Dalam Konstelasi Global)

Sabtu, 5 November 2022 | 02:04 WIB
Henry Tedjadharma, pengamat intelijen dan kebijakan luar negeri Strategi Institute




Dalam kondisi tersebut Indonesia sebagai Presidensi G20 terpaksa akan mengeluarkan Chair Statement yang tentu bukan berupa komunike bersama, tetapi merupakan pernyataan unilateral, kumpulan dari hasil pembahasan semua pokja selama G20.





Hal tersebut tetap merupakan sebuah capaian yang dapat bermanfaat, walaupun bobot politik dan daya dorong nya lebih rendah dibandingkan tingkat komunike bersama.





Dengan kondisi global yang sedang kacau dan kompleks saat ini, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang sangat amat luar biasa dan belum pernah ada. Indonesia harus mampu menunjukan prestasi sekaligus kepemimpinannya pada tingkat dunia dengan berperan sebagai katalisator dalam menemukan solusi bersama atas permasalahan dunia dan mewujudkan pemulihan dunia sesuai motto yang dicanangkan, yaitu "Recover Together, Recover Stronger".





Situasi geopolitik yang semakin memanas ini memerlukan perhatian global yang sangat serius. Konstelasi dan dinamika aktual perlu segera dikelola secara khusus dan extra hati-hati. Dibalik tantangan berat terdapat kesempatan besar dengan peran Indonesia sebagai presidensi dapat merealisasikan tugas mulia pada momentum yang sangat tepat ini sesuai preambule konstitusi kita, yaitu menjadi jembatan emas antar bangsa dalam menciptakan perdamaian dunia dengan bersikap netral dan berpolitik bebas aktif.





Hal ini pasti menjadi fokus dan prioritas utama Presiden Joko Widodo dalam KTT G20 yang apabila tujuan itu tercapai, maka akan menjadi legacy dunia yang fenomenal.





Dalam rangka itulah Presiden Jokowi telah menugaskan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto untuk segera bertandang ke Beijing dan Moskow dengan spirit merajut kebersamaan, setelah sebelumnya berkunjung ke Amerika beberapa waktu lalu. Penugasan ini sangat tepat dan strategis karena Menhan selain seorang Jenderal yang mumpuni, juga mempunyai wawasan geopolitik global yang baik dan uptodate, juga mempunyai network global yang solid dan berkualitas serta pengalaman dan pergaulan pribadi di tingkat global sejak lama.





Dalam situasi yang rumit dan kompleks seperti ini Indonesia perlu memaksimalkan sebanyak mungkin pertemuan dan lobby bilateral yang kreatif konstruktif, khususnya pada pertemuan yang bermagnitude tinggi dari lima pihak yang sangat strategis, yaitu Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Jepang dan EU dalam mengupayakan penyelamatan terhadap keutuhan G20.


Halaman:

Tags

Terkini