nasional

Tantangan G20: Dari Impossible Jadi I’m Possible (KTT G20 Dalam Konstelasi Global)

Sabtu, 5 November 2022 | 02:04 WIB
Henry Tedjadharma, pengamat intelijen dan kebijakan luar negeri Strategi Institute



Kondisi psikologis dan politis para pimpinan delegasi dan Negara, dari kelompok barat tentunya sedang tidak kondusif, khususnya setelah Rusia secara resmi menggabungkan empat wilayah Ukraina bagian timur, mengancam dengan sistem persenjataan nuklir dan melakukan serangan balasan yang keras di Ibukota Kiev.





Ini sebagai reaksi setelah Ukraina menghancurkan infrastruktur strategis jembatan terpanjang Eropa yang menghubungkan Rusia dengan Crimea dan serangan naval drone dengan bantuan Inggris ke kapal perang Rusia di pangkalan AL Rusia Sevastopol Crimea, yang langsung membuat Rusia menghentikan supply pangan keluar dari Ukraina sebagai hasil upaya Turki dengan PBB.





Peledakan jaringan pipa gas Nordstream II di Laut Utara yang menghubungkan Rusia dan Jerman serta beberapa Negara EU juga menambah faktor permasalahan geopolitis yang tanpa itu sudah sangat parah.





Terlebih lagi adanya kobocoran rahasia negara dari ponsel mantan PM Inggris Liz Truss tentang banyak hal, mulai dari perang Ukraina yang memang direncanakan barat sejak ditariknya pasukan NATO dari Afghanistan 2021 lalu, pengiriman persenjataan untuk Ukraina, pengondisian perekonomian Jerman, hingga strategi dan tujuan dibalik pemilihan PM Inggris dari etnis India.





Semua perkembangan tersebut diatas jelas memperparah kondisi dan suasana yang sebelumnya sudah tidak mendukung untuk terciptanya komunike bersama bahkan mulai terkesan adanya keraguan bahkan ketidak-percayaan di internal barat sendiri.





Dengan mencuatnya perselisihan kasus pulau pasir yang mempunyai kandungan migas cukup besar yang di klaim secara sepihak oleh Australia, dan sudah mendapatkan perhatian dari sekjen PBB.





Alih-alih meredam situasi yang memanas pihak Amerika justru menempatkan enam unit pesawat bomber nuklir B52 dengan radius jelajah 14 ribu kilometer pada Lanud RAAF Tindal di Northern territory, yang terletak 300 Km disebelah selatan kota Darwin. Beijing, Moskow dan Jakarta pun langsung bereaksi keras atas tindakan Australia dan Amerika yang provokatif tersebut.





Jika perkiraan terburuk itu bener-benar terjadi, yaitu gagalnya mencapai kesepakatan antar Negara khususnya yang pro barat dengan anggota lainnya, maka pada KTT G20 di Bali kali ini akan merupakan KTT G20 yang untuk pertama kalinya tidak dapat menghasilkan komunike bersama.

Halaman:

Tags

Terkini