Pada KTT G20 kali ini yang akan diselenggarakan pada 15-16 Nopember 2022 di Bali berpotensi tidak tercapainya komunike bersama [joint statement] dari seluruh Negara anggota G20. Hal itu disebabkan konstelasi geopolitik aktual yang semakin memanas sejak terjadinya konflik di Ukraina Februari 2022 lalu dan posisi Negara-negara yang saling berhadapan secara diametral, bahkan semakin menonjol keberpihakannya.
Kondisi tersebut dipicu oleh perebutan pengaruh geostrategis yang semakin meruncing karena persaingan hegemoni yang mengindikasikan telah dimulainya perubahan signifikan dari yang selama ini bersifat unipolar dibawah AS, sekarang mengarah kepada multipolar yang dipelopori Tiongkok dan Rusia.
Faktanya dalam berbagai working group pada level menteri belum terdapat satupun yang berhasil menciptakan komunike bersama, baik dalam bidang energi, pangan, keuangan, transformasi ekonomi berbasis digital, kesehatan global, perdagangan & investasi, industri maupun pariwisata.
Sumber permasalahan fundamentalnya adalah Negara kelompok barat anggota G7 dan sekutunya selalu mensyaratkan kalimat yang menyatakan menentang keras bahkan mengutuk invasi Rusia terhadap Ukraina.
Sementara pada sisi yang berhadapan, delegasi Rusia dan sekutunya tentu selalu bertahan dan bersikeras menentang rujukan apapun sehubungan dengan perang Ukraina dalam formulasi komunike G20 tersebut.
Sebagai akibat dari perbedaan sikap yang diametral inilah maka pada akhirnya komunike bersama itu tidak tercapai pada semua working group level menteri, seperti yang diinginkan. Sedangkan hasil dari working group itulah yang menjadi dasar pembuatan draft Leader’s declaration yang akan diadopsi para kepala Negara G20.
Kita tentu sangat berharap agar KTT G20 pada level kepala Negara dapat menghasilkan komunike bersama, walau sepertinya kemungkinan itu secara teoritis tidak begitu besar.