KONTEKS.CO.ID – Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan, menilai ultimatum Syuriyah terhadap Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), bukan konflik yang tiba-tiba muncul.
"Tapi titik pertemuan atau titik kulminasi dari beberapa faktor," ujarnya di Jakarta, Senin, 24 November 2025.
Menurut Yusak, salah satunya adalah residu atau sisa-sisa dari Muktamar PBNU tahun 2021 lalu yang sel-sel konfliknya belum 100 persen mati.
Baca Juga: Analis Politik Urai Alasan Ultimatum Syuriyah Terhadap Gus Yahya Manuver Terstruktur
Sedangkan soal masalah yang paling membuncah pemicu kulminasi konflik tersebut, lanjut dia, yakni soal tata kelola keuangan PBNU di era Gus Yahya.
"Ya tentu lebih vital pada persoalan akutabilitas keuangan," ucapnya.
Soal tata kelola keuangan ini, lanjut dia, akhirnya publik berspekulasi, misalnya jangan-jangan PBNU kecipratan dana korupsi haji yang tengah dibidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Baca Juga: Analis Politik Adi Prayitno: Ultimatum Syuriyah Terhadap Ketum PBNU Gus Yahya Seperti Putusan MK
"Kalau PBNU terseret, tentu kan marwah NU yang hancur," ucapnya.
Ia menilai bahwa persoalan di PBNU ini sudah terbilang sangat krusial sehingga Syuriyah berani menerbitkan keputusan ekstrem mengultimatum Gus Yahya mundur atau dimakzulkan.
"Artinya ada persoalan serius di internal PBNU," katanya.***