KONTEKS.CO.ID - Peneliti Continuum Data Indonesia, Wahyu Tri Utomo, mengatakan, sebanyak 64 persen warganet nilai negatif pergantian (reshuffle) beberapa menteri kemarin karena tidak memberikan optimisme.
"Temuan riset, sekitar 64% sentimen terhadap reshuffle adalah negatif," kata Wahyu dalam diskusi publik INDEF bertajuk "Sentimen Publik Terhadap Reshuffle Kabinet" dikutip pada Jumat, 12 September 2025.
Ia mengungkapkan, publik menilai reshuffle tersebut negatif karena mereka skeptis bahwa reshuffle akan membawa perubahan dan perbaikan. Di samping itu, ada pertanyaan ihwal kualitas atau tidak meteri penggantinya.
"Pertama, sebanyak 64% netizen menilai pesimistis terhadap reshuffle yang dianggap tidak akan membawa perubahan besar," ujarnya.
Mayorotas warganet menilai demikian karena masih ada beberapa menteri yang seharusnya juga ikut di-reshuffle.
Kedua, lanjut Wahyu, ada semacam kekhawatiran bahwa reshuffle akan menjadi kelanjutan dari bagi-bagi jabatan di pemerintahan.
"Dari 64% netizen, 35%-nya bersentimen positif. Itu berupa apresiasi terhadap reshuffle karena dinilai tokoh-tokoh yang di-reshuffle memang pantas karena dinilai oleh netizen kurang perform.
"Dengan harapan penggantinya akan berbuat yang lebih baik," katanya.
Wahyu menjelasakan, ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan Continuum Data Indonesia dari percakapan warganet di media sosial.
"Metode yang digunakan, data dari TikTok, twitter (X), YouTube, Facebook, dan Instagram," katanya.
Pengumpulan data dilakukan pada 8-9 September 2025. Setelah data dikumpulkan, lalu dicoba menyaring data dari pengaruh media dan buzzer, lalu analisis disclosure, sentimen dan analisis perbincangan.
Ada 44.404 perbincangan di medsos, postingan, dan komentar sejak tanggal 8-9 September 2025.
"Dari data yang dikumpulkan, yang paling banyak adalah dari TikTok. Instagram paling sedikit," katanya.***