nasional

Istana Siap Uji Lab Ompreng MBG yang Mengandung Minyak Babi

Rabu, 27 Agustus 2025 | 16:10 WIB
Tumpukan food tray untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) (Instagram/badangizinasional.ri)

KONTEKS.CO.ID - Istana melalui Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Presidential Communication Office (PCO), Hasan Nasbi, memberikan tanggapan terkait isu yang menyebut ompreng dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mengandung bahan berbahaya serta minyak babi.

Isu ini muncul setelah beredarnya laporan investigasi dari Indonesia Business Post mengenai dugaan produksi ompreng MBG di China.

Hasan menyampaikan klarifikasi tersebut dalam konferensi pers di Gedung Kwarnas, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Agustus 2025 malam. Ia menilai informasi yang beredar masih bersifat spekulatif.

“Sejauh ini kita tidak menemukan. Tetapi kalau memang ada kekhawatiran soal itu, kita riset, bisa diuji di BPOM,” ujar Hasan.

Baca Juga: Kejagung Sebut Nilai Rumah Mewah Riza Chalid yang Disita Sangat Fantastis

Hasan menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pemerintah, kata dia, terbuka untuk melakukan pengujian laboratorium guna menepis kekhawatiran publik.

“Tadi saya sudah koordinasi bersama bapak Kepala BPOM. Kepala BPOM bilang kita bisa ujikan untuk membuktikan itu tadi,” jelasnya.

Selain itu, Hasan mengimbau masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu sensitif yang belum terverifikasi.

Ia menegaskan, pemerintah berkomitmen penuh menjaga keamanan, keselamatan, dan kenyamanan penerima manfaat MBG.

Baca Juga: 10 Ribu Buruh Bakal Kepung Jakarta Besok, Ini Empat Tuntutan Utamanya

“Jadi itu pentingnya kita tidak gampang termakan isu-isu. Apalagi isu yang sangat sensitif dan harus diperiksa. Yang jelas pemerintah akan memastikan keamanan dan keselamatan untuk para pengguna, terutama penerima manfaat MBG,” katanya.

Sebelumnya, laporan investigasi Indonesia Business Post mengungkap dugaan adanya 30–40 pabrik di wilayah Chaoshan, Provinsi Guangdong, China, yang memproduksi ompreng makanan untuk pasar global, termasuk diduga untuk Program MBG di Indonesia.

Laporan itu juga menyebut adanya praktik pemalsuan label “Made in Indonesia” dan logo SNI, penggunaan ompreng tipe 201 yang mengandung mangan tinggi, serta indikasi penggunaan minyak babi (lard).

Halaman:

Tags

Terkini