KONTEKS.CO.ID - Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, baru-baru ini membahas pelaksanaan program makan gratis Indonesia dengan Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira.
Pembicaraan ini berlangsung di tengah merebaknya insiden keracunan massal dalam program bernilai triliunan rupiah tersebut.
Dalam pernyataan pers, Sugiono menyebut program makan gratis menjadi bagian dari diplomasi Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo Subianto.
Indonesia menargetkan dapat menyajikan makanan bergizi gratis setiap hari kepada lebih dari 80 juta orang, termasuk anak-anak dan ibu hamil.
Program ambisius ini menjadi salah satu topik yang dibicarakan Sugiono saat bertemu Vieira di Rio de Janeiro, akhir pekan kemarin.
“Kedua pihak membahas peluang kerja sama dalam bidang ketahanan pangan, energi, pendidikan, dan kesehatan," tulis siaran pers Kemenlu RI.
"Kedua menteri luar negeri menekankan bahwa program prioritas kedua pemerintah selaras, terutama dalam pengembangan sumber daya manusia, salah satunya melalui penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah,” demikian isi siaran pers kementerian.
Pemerintah Indonesia tidak merinci isi pembicaraan antara para diplomat tersebut, atau apakah Brasil bersedia memberikan bantuan kepada Jakarta dalam menjalankan program makan gratis.
Namun, Presiden Prabowo sebelumnya menyatakan keinginan Indonesia untuk belajar dari Brasil — negara yang telah menjalankan program serupa sejak 1955.
Program makan sekolah Brasil saat ini melayani 40 juta siswa setiap hari. Saat berkunjung ke Rio de Janeiro pada November lalu.
Beberapa bulan sebelum program diluncurkan, Prabowo mengatakan akan “mengirim tim” untuk mempelajari cara Brasil menyediakan makanan bagi para siswanya.
Sugiono saat ini berada di Rio de Janeiro untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri BRICS.
BRICS merupakan kelompok negara-negara dengan ekonomi berkembang yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan kemudian Afrika Selatan.
Aliansi ini kemudian diperluas dengan bergabungnya Iran, Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan yang terbaru, Indonesia.***