KONTEKS.CO.ID – Fenomena cuaca panas terik yang berlangsung akhir-akhir ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat terutama yang bermukim di bagian selatan ekuator semisal Pulau Jawa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun Instagram @infobmkg pada 4 Oktober 2023 menginformasikan bahwa fenomena cuaca panas terik ini disebabkan oleh tiga faktor utama.
Faktor pertama penyebab cuaca panas terik, yakni musim kemarau dengan dominasi cuaca cerah pada siang hari di sebagian besar wilayah Indonesia. Ini mengakibatkan penyinaran Matahari ke bumi lebih maksimal.
Faktor kedua, kontribusi dari posisi semu Matahari masih bergerak ke arah selatan ekuator sehingga berdampak pada penyinaran yang relatif lebih intens daripada wilayah lain.
Sementara faktor ketiga, di antaranya kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara.
Analisis klimatologis yang BMKG keluarkan selama 30 tahun dari tahun 1991 hingga 2021 tercatat rata-rata suhu maksimum akan mencapai puncaknya pada bulan September-Oktober yang terjadi di Kota Jakarta dan Semarang dengan suhu 31,4 derajat Celcius.
Fenomena Cuaca Panas Terik Segera Berakhir
Sementara rata-rata suhu minimum terendah terjadi pada bulan Januari yang terjadi Kota Medan dengan suhu 21,4 derajat Celcius.
Selain itu, BMKG mencatat bahwa rata-rata kelembapan udara dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus-September di Kota Semarang. Sedangkan Jakarta dengan kelembapan berkisar 64-65% dan jumlah hari hujan 4-7 hari.
BMKG juga mengeluarkan analisis bulan September 2023 dengan hasil suhu maksimum di sejumlah wilayah berkisar antara 35,4 hingga 38 derajat Celcius terutama saat siang hari.
Tercatat suhu maksimum 38 derajat Celcius terjadi pada 25-29 September 2023 di Kantor Stasiun Klimatologi Semarang, Jawa Tengah. Dan 28 September 2023 di Stasiun Meteorologi Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.
Sementara itu, suhu maksimum di wilayah Jabodetabek tercatat 37,5 derajat Celcius pada wilayah Tangerang Selatan.
Fenomena cuaca panas terik ini terprediksi BMKG masih akan berlangsung selama bulan Oktober. Lalu akan berangsur turun pada bulan November seiring mulainya masa peralihan di sejumlah wilayah Indonesia.
Oleh karena itu, BMKG menghimbau masyarakat untuk meminimalisir kegiatan di luar ruangan. Jangan lupa memperbanyak konsumsi air putih selama fenomena ini masih terjadi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"