KONTEKS.CO.ID – Tampilan wajah Google hari ini menampilkan Doodle pujangga terkenal Indonesia, Sapardi Djoko Damono.
Google Doodle menampikan Sapardi dengan sosok pria tua berkacamata yang sedang memegang payung dan menggenggam sebuah buku berwarna cokelat di tengah rintik hujan.
Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair, pujangga terkenal di Indonesia.
Google menjadikan Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono sebagai karakter Google Doodle, dalam rangka memperingati hari ulang tahun beliau yang ke-83.
Tokoh yang wafat pada 19 Juli 2020 ini terkenal dengan puisi Hujan Bulan Juni miliknya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 dan difilmkan tahun 2017.
Sapardi Djoko Damono, lahir di Surakarta, Jawa Tengah tanggal 20 Maret 1940. Pada saat itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda karena belum mendeklarasikan kemerdekaan.
Menyadur dari Wikipedia, Sapardi kerap disebut sebagai sastrawan angkatan 1970-an.
Sapardi menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Beliau juga sempat menempuh studi di University of Hawaii, Honolulu. Setelah itu Sapardi juga menjejaki program doktor di Fakultas Sastra UI dan lulus pada tahun 1989.
Kecintaannya pada sastra membawa SDD pada perjalanan karier yang tidak pernah lepas dari hal itu.
Beliau sempat menjadi dosen di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Malang di Madiun, menjadi redaktur majalah, sampai jadi pengajar pascasarjana di Institut Kesenian Jakarta.
Sapardi tak berhenti melahirkan karya-karya indahnya dengan menulis fiksi.
Menulis puisi dengan bahasa yang sederhana namun tak kehilangan nilai estetikanya merupakan pesona yang dimiliki Sapardi Djoko Damono.
Keahliannya tersebut membuat Sapardi mengais berbagai penghargaan seperti Cultural Award (Australia, 1978) dan Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983).
Banyak sajak garapan Sapardi Djoko Damono yang diterjemahkan ke berbagai bahasa sehingga bisa dinikmati oleh orang lain selain yang berbahasa Indonesia.
Puisi-puisi populer karya SDD misalnya berjudul ‘Aku Ingin’, ‘Pada Suatu Hari Nanti’, ‘Akulah Si Telaga’, dan ‘Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari’ kian dikenal setelah dibuatkan musikalisasi puisi oleh mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"