KONTEKS.CO.ID — Orang dalam kehidupannya akan selalu mencari kebahagiaan. Kebahagiaan bagi seorang individu dengan individu lain terkadang tidak jauh berbeda.
Sehingga, ada beberapa mitos tentang kehidupan yang telah diyakini banyak orang membuat bahagia.
Mengutip dari laman thehealthy, berikut ini dua mitos kebahagian dan hasil penelitian yang telah menjadi sebuah buku menarik “The Good Life” dari Dr. Waldinger.
Mitos Kebahagiaan #1 Masyarakat Modern Bertujuan Membuat Orang Bahagia
Meskipun berbagai macam gadget, produk, hiburan, dan seminar bantuan diri mengklaim dapat membuat kamu bahagia, kenyataannya adalah tidak.
Karena, struktur sosial saat ini tidak dirancang untuk kebahagiaan individu namun banyak dari institusi. Bahkan, kemudahan modern kita yang ternyata membuat kita sangat tidak bahagia.
“Kehidupan saat ini adalah kabut dari berbagai prioritas sosial, politik, dan budaya, beberapa di antaranya memiliki sedikit hubungan dengan meningkatkan kehidupan orang,” kata Dr. Waldinger.
Ia juga menambahkan bahwa dunia modern menempatkan banyak hal di atas kesehatan dan kebahagiaan manusia.
Mitos Kebahagiaan #2: Kamu Tahu Apa yang Akan Membuatmu Bahagia
Pernahkah kamu berpikir kamu akan tahu kebahagiaan saat menemukannya? Ketika orang ditanya tentang apa yang mereka pikir akan membuat mereka bahagia, jawaban paling umum adalah menjadi kaya.
Kemudian menjadi terkenal, memiliki karier sukses, banyak berwisata, dan memiliki kehidupan yang “mudah”. Kebenarannya? Tidak satu pun dari hal-hal tersebut, dengan sendirinya, membawa kebahagiaan.
Fakta dari Kebahahagian
Kebenaran ini terlihat jelas dalam kehidupan John dan Leo, yang diuraikan dalam buku “The Good Life”. John adalah seorang pengacara kaya dengan pendidikan dari Harvard, berasal dari keluarga terpandang, dan terkenal di masyarakat.
Sedangkan Leo adalah seorang guru seni sekolah menengah dari lingkungan buruk, hanya mencukupi kebutuhannya. Namun, John adalah orang paling tidak bahagia yang tercatat dalam sejarah penelitian ini.
Ia meninggal setelah puluhan tahun berkutat dengan masalah kesehatan, sementara Leo adalah orang yang paling bahagia, tetap aktif dan sehat hingga akhir hayat.
Jelas sekali uang tidak dapat membeli kesehatan atau kebahagiaan, tetapi mengapa, tepatnya? Jawabannya bahkan mengejutkan Dr. Waldinger.
Menurut penelitiannya yang mendalam tentang “Kajian tentang Kehidupan Dewasa” yang panjang, hubungan sosial yang sehat dan mendalam menjadi faktor utama yang mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang.
Kualitas hubungan dan ikatan emosional yang kuat dengan orang lain memiliki dampak positif yang signifikan pada kesejahteraan dan kebahagiaan kita.
Tidak hanya itu, tetapi rasa perspektif dan penghargaan atas momen-momen kecil dalam kehidupan juga berperan penting dalam menciptakan kebahagiaan yang berkelanjutan.
Jadi, daripada mencari kebahagiaan dalam hal-hal materi atau pencapaian besar, penting bagi kita untuk fokus pada kualitas hubungan sosial kita dan belajar untuk menghargai dan merayakan momen-momen kecil dalam hidup.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"