Namun, dominasi itu hanya bertahan singkat. Saham Tesla yang "menghijau" kembali menobatkan Musk sebagai raja miliarder dunia.
Kenaikan ini juga dipicu oleh keputusan Musk untuk menjauh dari urusan politik dan kembali fokus pada bisnis.
Sebelumnya, Musk sempat menuai kritik setelah bergabung dalam lembaga pemerintahan Donald Trump bernama Department of Government Efficiency (DOGE).
Baca Juga: MPW Sumut Solid! Inginkan Japto Lanjut Pimpin Pemuda Pancasila Periode 2025–2030
Keputusan itu dinilai membuat Musk terlalu sibuk dengan politik dibanding perusahaannya.
Namun kini, Ketua Dewan Tesla, Robyn Denholm, memastikan bahwa Musk sudah "kembali ke garis depan (front and centre)" untuk memimpin perusahaan mobil listrik tersebut.
Tak hanya kaya raya, Elon Musk juga berpeluang menerima paket kompensasi terbesar dalam sejarah korporasi, senilai lebih dari 1 triliun dolar AS (Rp 16.620 triliun).
Baca Juga: Daftar Mobil Listrik Bekas di Indonesia: Pilihan Terjangkau untuk Beralih ke EV
Namun, paket itu baru bisa dicairkan jika Musk berhasil memenuhi serangkaian target ambisius selama 10 tahun ke depan, antara lain:
- Meningkatkan valuasi Tesla hingga 8 kali lipat.
- Menjual 12 juta unit mobil listrik.
- Mendistribusikan 1 juta robot AI ke pasar global.
Jika target tersebut tercapai, Musk tak hanya menjadi orang terkaya di dunia, tapi juga bisa mencetak rekor sebagai individu pertama dengan penghasilan pribadi terbesar dalam sejarah.***