KONTEKS.CO.ID - Sebuah alarm keras dibunyikan oleh Sandiaga Uno mengenai kondisi pasar modal di Indonesia.
Menurutnya, jumlah perusahaan yang benar-benar layak untuk diinvestasikan (investable company) semakin hari semakin sedikit secara proporsional jika dibandingkan dengan besarnya ekonomi nasional.
Fenomena ini menjadi tantangan besar bagi para investor yang mencari pertumbuhan nilai jangka panjang.
Sandiaga menganalogikan kondisi ini seperti bermain sepak bola di mana tiang gawangnya terus bergeser.
Investor konvensional yang datang dengan seperangkat analisis fundamental dan ekspektasi pertumbuhan yang jelas, seringkali harus kecewa karena 'gawang' atau kriteria perusahaan ideal tersebut kini telah berpindah tempat.
“Semakin hari semakin in proportion to our economy, semakin sedikit yang investable company. Nah, itu tantangan. Karena gawangnya itu bukan di situ, tapi gawangnya itu pindah 4 meter ke kanan sementara kita sudah lagi menyerang,” jelas Sandiaga Uno.
Baca Juga: Buntut OTT Suap Inhutani V, Kepala Pusat Perancangan PUU DPR Harus Hadapi KPK
Pernyataannya ini menyoroti sebuah masalah struktural di pasar modal. Banyak perusahaan yang melantai di bursa mungkin tidak memiliki fundamental yang cukup kuat, model bisnis yang berkelanjutan, atau tata kelola perusahaan yang baik.
Akibatnya, investor dihadapkan pada pilihan yang terbatas. Di sisi lain, pergeseran 'gawang' ini juga bisa diartikan bahwa kriteria investasi di era sekarang telah berubah.
Faktor-faktor seperti inovasi teknologi, adaptabilitas terhadap perubahan geopolitik, atau bahkan sentimen pasar kini memiliki bobot yang lebih besar.
Baca Juga: SETARA Minta KRK Harus Jadi Motor Reformasi Polri, Bukan Sekadar Gimik Politik
Kondisi ini, menurut Sandiaga, memaksa investor untuk lebih cerdas dan adaptif. Mereka tidak bisa lagi hanya mengandalkan metode-metode lama.
Investor harus mampu mengidentifikasi di mana 'gawang' yang baru berada dan menyesuaikan strategi 'serangan' mereka.