KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar rupiah kembali tergelincir dalam pembukaan perdagangan Rabu, 6 Agustus 2025, mengikuti sentimen dari data ekonomi Amerika Serikat.
Mengacu pada data Bloomberg, rupiah melemah tipis 0,01 persen ke level Rp16.391 per dolar AS.
Sehari sebelumnya, rupiah justru menguat 0,07 persen ke posisi Rp16.389 per dolar AS.
Baca Juga: Abolisi Tom Lembong dan Amnesti Hasto Kristiyanto, Mahfud MD: Saya Salut Kepada Presiden Prabowo
Namun penguatan itu tampaknya tak bertahan lama, seiring munculnya tekanan eksternal dari pasar global.
Data Ekonomi AS Kembali Jadi Sorotan
Analis pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, pelemahan hari ini sangat dipengaruhi oleh rilis data sektor jasa AS yang menunjukkan ekspansi.
“Data ISM dan S&P sektor non-manufaktur AS bulan Juli tetap menunjukkan pertumbuhan. Ini sinyal bahwa ekonomi AS masih kuat meski diterpa isu tarif,” ujar Ariston, Rabu, 6 Agustus 2025.
Baca Juga: Kemenag Benarkan Ada ASN Diduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Aceh
Menurut Ariston, ketahanan ekonomi Amerika ini mendorong penguatan dolar karena investor global kembali memburu aset aman.
Ditambah lagi, adanya kabar soal rencana tarif baru dari Pemerintah AS untuk sektor seperti chip dan farmasi makin memperkuat posisi dolar.
Rupiah Terancam Tembus Rp16.500
Dengan berbagai faktor tadi, Ariston memperkirakan rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan ke level Rp16.500 per dolar AS.
Baca Juga: Mahfud MD Ungkap Alasan Rasional Presiden Prabowo Beri Abolisi ke Tom Lembong
“Potensi support ada di kisaran Rp16.350, tapi kalau tekanan terus berlanjut, level Rp16.500 bisa disentuh dalam waktu dekat,” jelasnya.
Pasar akan terus mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed serta situasi geopolitik dan perdagangan global yang masih dinamis.