KONTEKS.CO.ID - Bank Dunia memperingatkan dunia tengah menghadapi ancaman perlambatan ekonomi global yang sangat serius.
Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2025, lembaga tersebut merevisi tajam proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi 2,3 persen, turun dari prediksi Januari sebesar 2,7%.
Ini merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak krisis keuangan global 2008, di luar periode resesi.
Baca Juga: PHK Massal Ancam Industri Media, Komdigi Siap Gandeng Stakeholder Hadapi Krisis
"Setelah serangkaian guncangan dalam beberapa tahun terakhir, kini dunia kembali diuji oleh ketegangan perdagangan yang meningkat dan ketidakpastian kebijakan," tulis Bank Dunia dalam laporannya yang dirilis pada 5 Juni 2025.
Negara Berkembang Tertekan
Laporan tersebut menyoroti bahwa negara-negara berkembang berada di posisi paling rentan. Perlambatan global dinilai akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan, memperbesar kesenjangan sosial, serta menekan penciptaan lapangan kerja. Negara-negara seperti Kamboja, Thailand, dan Vietnam yang sangat bergantung pada perdagangan global disebut akan terdampak paling dalam.
Investasi asing langsung (FDI) ke negara berkembang saat ini berada di bawah setengah dari puncaknya pada 2008. Ketidakpastian kebijakan dan rendahnya permintaan global, khususnya dari Amerika Serikat dan Cina, memperburuk prospek investasi dan ekspor kawasan.
Baca Juga: Polisi Tangkap Lagi Warga Australia di Bali Diduga Bawa Kokain
“Ini bukan sekadar perlambatan biasa,” tulis Bank Dunia. Negara berkembang kini menghadapi kombinasi tekanan fiskal, pelemahan iklim investasi, dan keraguan terhadap arah kebijakan.
Proyeksi Suram Hampir di Semua Kawasan
Asia Timur dan Pasifik hingga Asia Tengah terdampak kuat karena bergantung pada perdagangan. Amerika Latin dan Karibia menghadapi beban struktural lama, dan diperkirakan mencatat pertumbuhan terburuk.
Negara-negara penghasil komoditas seperti Timur Tengah, Afrika Utara, dan Sub-Sahara Afrika terpukul akibat penurunan permintaan global atas produk ekspor utama.
Baca Juga: PHK Massal Ancam Industri Media, Komdigi Siap Gandeng Stakeholder Hadapi Krisis
Bank Dunia juga menyebut risiko terbesar ke depan mencakup:
- Eskalasi proteksionisme dagang
- Ketegangan geopolitik berkepanjangan
- Inflasi yang tak terkendali
OECD Ikut Pangkas Proyeksi Global
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) turut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2,9 persen untuk 2025 dan 2026. Lembaga ini bahkan memperingatkan, jika AS menaikkan tarif dagang secara luas, maka output global dapat terkoreksi 0,3 persen dalam dua tahun ke depan.