KONTEKS.CO.ID - China telah mengumumkan tarif baru sebesar 84% untuk semua barang impor AS. Serangan balik Presiden Xi Jinping ini membuat pasar saham jatuh lebih jauh.
Kebijakan reaktif tersebut meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut dari perang dagang Donald Trump.
Kementerian Keuangan China mengatakan, mereka akan mengenakan tarif 84% untuk barang-barang AS mulai hari ini, Kamis 10 April 2025, atau naik dari 34% yang diumumkan sebelumnya.
Baca Juga: Gratis dan Menang, Garena Rilis 4 Kode Redeem FF Free Fire Hari Ini
Keputusan itu muncul beberapa jam setelah tarif baru untuk impor ke AS dari puluhan negara meningkat lebih jauh, dengan tarif yang dikenakan pada produk-produk China sejak Trump kembali ke Gedung Putih mencapai 104%.
Indeks Pasar Saham Dunia Rontok
Pembalasan China membuat pasar saham, yang telah merosot pada hari Rabu, jatuh lebih jauh dengan indeks-indeks utama turun di Inggris, Jerman, Prancis, dan Spanyol.
Di London, FTSE 100 ditutup pada level terendah baru dalam 13 bulan. Indeks turun 2,92%, atau 231,05 poin, di 7.679,48. Indeks Dax Jerman turun sekitar 3% dan Cac 40 Prancis turun 3,3%.
Baca Juga: Fikri dan Daniel Hanya Butuh 22 Menit untuk Kalahkan Pui Chi Chon-Pang Fong Pui
S&P 500, indeks saham acuan Wall Street, turun 0,4% pada perdagangan awal, sementara indeks industri Dow Jones turun 0,7%.
Namun, pasar AS kemudian pulih karena Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengindikasikan bahwa Amerika terbuka terhadap perjanjian perdagangan dengan sekutu dan kesepakatan kelompok berikutnya dengan China.
Dalam komentar pertamanya sejak pengumuman tarif 84% oleh China, Trump memposting di Truth Social. “Ini adalah waktu yang tepat untuk memindahkan perusahaan Anda ke Amerika Serikat, seperti yang dilakukan Apple dan banyak perusahaan lain, dalam jumlah yang sangat banyak. Tarif nol, dan penyambungan dan persetujuan Listrik/Energi yang hampir seketika. Tidak ada Penundaan Lingkungan. Jangan menunggu, lakukan sekarang!" tulisnya, mengutip Al Jazeera.
Baca Juga: Akui Bau Menyengat Bahan Kimia Elnusa Petrofin, Sudin Kesehatan Pemkot Jakarta Utara Rekomendasikan Relokasi Warga
“Tenang saja! Semuanya akan berjalan dengan baik. AS akan menjadi lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya!” katanya lagi.
Sebelum pengumuman tersebut, Pemerintah China mengatakan tidak ingin berperang dagang. Namun tidak akan pernah tinggal diam dan melihat hak dan kepentingan sah rakyat China dirusak dan dirampas.
Perekonomian global telah terguncang sejak tarif AS sebesar 10% mulai berlaku selama akhir pekan. Hal itu memicu aksi jual pasar yang dramatis di seluruh dunia dan memicu kekhawatiran resesi.
Harga Minyak Mentah Turun ke Level Terendah
Baca Juga: Pelatih Timnas U-17 Afghanistan Bicara Peluang Menang lawan Indonesia
Penurunan di Eropa mengikuti hari yang penuh gejolak di beberapa pasar Asia. Indeks acuan Nikkei Jepang ditutup turun hampir 4%, sementara indeks saham acuan Taiwan turun 5,8%.
Indeks Hang Seng Hong Kong pulih dari beberapa penurunan sebelumnya hingga ditutup turun 0,4%, dan indeks Kospi 200 Korea Selatan turun 1,8%.
Namun, pasar saham China naik, tampaknya mampu bertahan dari badai setelah intervensi pemerintah. Indeks komposit SSE di Shanghai mengakhiri hari dengan kenaikan 1,1%. Sementara indeks komposit Shenzhen SE naik 2,2%.
Baca Juga: Duel Berat, Jonatan Butuh Waktu 1 Jam Lebih untuk Kalahkan Koki Watanabe
"Kita mungkin dapat mencapai kesepakatan dengan sekutu kita… mereka adalah sekutu militer yang baik, bukan sekutu ekonomi yang sempurna. Dan kemudian kita dapat mendekati China sebagai sebuah kelompok,” papar Bessent.
Harga minyak turun selama lima hari berturut-turut pada hari Rabu, ke level terendah dalam empat tahun, sejak Februari 2021. Ini akibat kekhawatiran perang dagang global akan melemahkan permintaan dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Harga minyak mentah Brent turun hingga serendah USD58,47 per barel. ***