KONTEKS.CO.ID – PMI Manufaktur Indonesia pada 2022 dalam posisi ekspansif. Hal ini terlihat dalam Purchasing Managers’ Index (PMI) dimana sektor manufaktur mendapat 50 poin keatas saat akhir 2022 ditutup ditingkat 50,9.
Untuk perbandingan dengan PMI Manufaktur Indonesia, Jerman meraih 47,4 poin, Jepang mencapai 48,8 poin yang disusul Australia 50,4 poin. Sedangkan Myanmar 42,1 poin. Poin ini merupakan hasil survei S&P Global.
“Alhamdulillah, capaian PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2022 tetap ekspansif, yang sesuai juga dengan capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2022 ” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin, 2 Januari.
Menperin menyebutkan, pihaknya tengah menyusun strategi untuk mengatasi persoalan ketenagakerjaan di sektor industri padat karya.
“Kami sedang menyiapkan kebijakan stimulus tersebut, di antaranya adalah larangan terbatas impor, penyesuaian pemeriksaan post border menjadi border, dan fleksibiltas jam kerja. Itu yang kami minta untuk direlaksasi, paling tidak sampai kondisi normal,” paparnya.
Di samping itu, menurut Agus, kebijakan pemberian insentif untuk kendaraan listrik sedang dalam tahap finalisasi. “Kebijakan ini diambil untuk mendorong percepatan dalam pengembangan industri berbasis listrik di Indonesia. Tidak hanya mobil, tidak hanya sepeda motor, tetapi juga bus. Syaratnya satu, harus memiliki fasilitas. Artinya, dia harus punya pabrik di Indonesia,” ungkapnya.
Bahkan, Agus memperkirakan, realisasi penanaman modal dan kontribusi ekspor di sektor industri masih tumbuh signfikan. Optimisme ini berdampak pada penyerapan tenaga kerja di tengah kondisi menurunnya pesanan global saat ini. “Masuknya sejumlah investasi di beberapa sektor diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional,” tutupnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"