KONTEKS.CO.ID - Ada perubahan besar-besaran yang lagi ramai di Eropa.
Warga di sana kini mulai meninggalkan produk digital buatan Amerika seperti Google, Gmail, Instagram, bahkan Starlink.
Yang bikin menarik, ini bukan cuma soal fitur atau bosan sama tampilan, tapi karena alasan yang jauh lebih serius: keamanan data dan politik.
Baca Juga: Arab Saudi Umumkan Kuota Haji 2026 pada 10 Juli 2025, Benarkah Jatah RI Dipangkas 50 Persen?
Gegap gempita politik dalam negeri AS, termasuk kedekatan para bos teknologi dengan Donald Trump, bikin kepercayaan masyarakat Eropa luntur.
Ketika perusahaan teknologi AS terlihat “terlalu dekat” dengan kekuasaan, banyak yang merasa data pribadi mereka bisa sewaktu-waktu dimanfaatkan tanpa kendali.
Aplikasi Lokal Mulai Naik Daun
Efeknya langsung terasa. Banyak orang beralih ke layanan buatan Eropa yang dianggap lebih “netral” dan ramah privasi.
Baca Juga: Selain Israel-Iran, Ini Ragam Gencatan Senjata yang Ada di Dunia
Ecosia—mesin pencari asal Jerman—misalnya, naik 27% dalam volume pencarian.
ProtonMail dari Swiss juga ikut naik daun, karena menawarkan layanan email terenkripsi yang tidak tunduk pada hukum AS.
Meski angka pengguna Ecosia masih jauh di bawah Google (cuma 1% market share di Jerman), tapi tren ini menunjukkan satu hal penting: orang mulai sadar dan peduli dengan siapa yang mengelola datanya.
Bukan Cuma Privasi, Ini Soal Kedaulatan Digital
Baca Juga: Terisolasi, Prabowo Teken Inpres Percepatan Pembangunan Pulau Enggano
Di balik pergeseran ini, ada kekhawatiran soal dominasi Amerika Serikat dalam ekosistem digital global.
Banyak yang takut, ketika pemerintah AS bisa mengakses data dari perusahaan yang bermarkas di sana, maka data pribadi warga Eropa pun tak lagi aman.
Regulasi seperti Digital Services Act (DSA) dari Uni Eropa hadir sebagai penyeimbang. Tapi sebagian perusahaan teknologi AS justru menganggap ini sebagai bentuk “sensor”.