KONTEKS.CO.ID – Twitter akan meluncurkan tanda centang verifikasi emas dan abu-abu ketika meluncurkan kembali layanan centang biru yang tertunda pekan depan.
“Langkah itu (centang emas dan centang abu-abu) menyakitkan, tetapi perlu,” kata CEO Twitter, Elon Musk, dalam sebuah posting di platform media sosial, dikutip Skynews, Jumat, 25 November 2022.
Elon Musk menyebutkan, semua akun terverifikasi akan diautentikasi secara manual sebelum centang diaktifkan. Baik itu centang biru, centang emas, dan centang abu-abu.
“Cek (centang) emas untuk perusahaan, cek abu-abu untuk pemerintah, biru untuk individu (selebriti atau bukan). Menyakitkan, tetapi perlu,” tulis Musk
Dalam tweet lainnya, Musk mengatakan, individu dapat memiliki logo kecil sekunder untuk menunjukkan bahwa mereka milik suatu organisasi jika diverifikasi oleh organisasi itu.
Dia menambahkan, penjelasan yang lebih panjang terkait centang biru, centang emas dan centang abu-abu akan diberikan pada minggu depan.
Platform media sosial itu menunda layanan berlangganan centang biru USD8 yang baru-baru ini diumumkan dalam menghadapi melonjaknya akun palsu. Kebijakan itu akan diluncurkan kembali pada 29 November nanti.
Tanda centang biru sebelumnya disediakan untuk akun terverifikasi politisi, selebriti, jurnalis, dan tokoh masyarakat lainnya.
Rincian skema otentikasi yang dirubah datang setelah Musk mengumumkan dia akan memberikan “amnesti” untuk akun Twitter yang ditangguhkan. Ini memicu peringatan atas peningkatan pelecehan, ujaran kebencian, dan informasi yang salah.
Sang taipan telah meminta lebih dari 118 juta pengikutnya untuk memberikan suara dalam jajak pendapat tentang pemulihan akun yang tidak melanggar hukum atau terlibat dalam spam yang mengerikan.
Suara ya adalah 72%.
Bos Tesla dan SpaceX sebelumnya telah mengaktifkan kembali akun mantan presiden Donald Trump, hampir dua tahun setelah dihapus.
Trump secara permanen ditangguhkan dari Twitter pada Januari 2021 setelah serangan oleh para pendukungnya di US Capitol yang menewaskan beberapa orang.
Twitter mengatakan keputusan itu, setelah kerusuhan, “karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut”.
Namun mantan presiden AS itu mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia tidak melihat “alasan apa pun” untuk kembali ke Twitter. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"