KONTEKS.CO.ID – CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengekspresikan dukungannya terhadap kalangan Muslim, Arab, dan Palestina yang bekerja di industri teknologi.
Melalui akun pribadinya di Platform X, Altman menyampaikan keprihatinannya terhadap rekan-rekan Muslim dan Arab. Khususnya mereka yang berasal dari Palestina.
Mereka merasa takut untuk berbicara mengenai perang di Gaza karena takut akan dampaknya terhadap karier mereka.
Sam Altman mendorong industri teknologi untuk bersatu dalam mendukung dan memberikan ruang bagi komunitas ini, serta berharap akan adanya perdamaian.
Sam Altman juga menegaskan pentingnya saling berempati satu sama lain dalam situasi konflik.
Dalam respons terhadap pertanyaan dari seorang pengguna di Platform X, Altman juga menggarisbawahi pentingnya dukungan terhadap komunitas Yahudi dan kesadarannya akan meningkatnya masalah antisemitisme di dunia.
Sam Altman mengakui adanya dukungan yang signifikan dari orang-orang dalam industri teknologi terhadapnya sebagai seorang Yahudi, dan ia menghargainya.
Namun, Altman juga merasakan bahwa ada sedikit dukungan serupa bagi komunitas Muslim, menyoroti bahwa ada kekurangan dalam hal ini.
Gaya Hidup Sam Altman
Selain menjadi tokoh dalam industri teknologi, Altman juga terkenal karena kesiapannya menghadapi situasi darurat dan potensi bencana.
Ia telah mempersiapkan skenario untuk berbagai kemungkinan bencana, seperti virus sintetis mematikan, perang nuklir, hingga serangan kecerdasan buatan.
Untuk itu, Altman telah mempersiapkan senjata, emas, dan perlengkapan bertahan hidup lainnya.
Sam Altman sangat memerhatikan kesehatannya dari berbagai aspek. Mulai dari waktu tidur, jadwal kerja, hingga pola makannya.
Altman menerapkan kebiasaan berpuasa dan menghindari makan terlalu banyak sebelum tidur. Ia juga membatasi konsumsi alkohol dan menerapkan pola makan vegetarian.
Dalam hal kebijakan kerja dan pertemuan, Altman lebih memilih untuk bekerja di kantor karena menganggapnya lebih berharga daripada mengikuti pertemuan.
Dia memprioritaskan waktu untuk pertemuan yang dianggapnya bermanfaat serta membuat janji temu soal pekerjaan pada siang hari. Selain itu, ia juga menghindari pertemuan yang dianggapnya pemborosan waktu, mengatur pertemuan dalam jangka waktu tertentu yang dianggap efektif.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"