KONTEKS.CO.ID - Strategi Shopee 2024. Dalam melihat visi Shopee untuk tahun 2024, ada dilema antara memprioritaskan pertumbuhan perusahaan atau mengarah ke profitabilitas.
Hasil survei dari Cube Asia menunjukkan bahwa Shopee kemungkinan besar akan terus mementingkan pertumbuhan dan valuasi perusahaan daripada mencari profit pada tahun 2024.
Namun, pertanyaan besar muncul: apakah Shopee mampu mencapai keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas?
Keputusan Strategis Shopee: Valuasi vs Profit
Menurut Cube Asia, Shopee diperkirakan akan memilih untuk fokus pada pertumbuhan perusahaan daripada profit dalam jangka pendek.
Ini karena biaya besar yang terbutuhkan untuk bersaing dalam pasar e-commerce yang sangat ketat.
Meskipun profitabilitas menjadi hal yang teringinkan, alat yang Shopee miliki saat ini tidak memungkinkan adanya keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas.
Cube Asia juga menyoroti fakta bahwa Shopee belum memenuhi batas nilai pesanan rata-rata (AOV) yang memadai untuk mempertahankan pangsa pasar ketika mencari profit.
AOV Shopee pada Desember 2023 terus menurun dari waktu ke waktu, dengan rata-rata transaksi hanya sekitar USD1-2 atau sekitar Rp15.000-30.000.
Menariknya, standar AOV yang memadai dapat menjadi kunci untuk mencapai profitabilitas, seperti yang berhasil dilakukan oleh Uber.
Strategi Shopee 2024: Belajar dari Uber
Uber menjadi contoh sukses yang berhasil meraih profit dan mempertahankan 70-75% pangsa pasar berkat AOV yang tinggi.
Namun, Cube Asia mengakui bahwa standar AOV dapat berbeda antara sektor dan perusahaan. Meskipun demikian, strategi untuk meningkatkan AOV tetap menjadi pertimbangan penting dalam mencapai profitabilitas.
Dalam jangka menengah dan panjang, Cube Asia masih tidak dapat memprediksi apakah Shopee akan tetap pada strategi pertumbuhan perusahaan.
Meskipun strategi ini telah tergunakan sejak 2015 dan terhentikan sejenak pada 2022-2023, Shopee kembali mengadopsinya pada 2023 untuk bersaing dengan TikTok Shop. Ketidakpastian terus mewarnai keputusan strategis Shopee di masa depan.
Sebaliknya, beberapa pesaing Shopee di Indonesia, seperti Bukalapak, Blibli, dan Tokopedia, mulai lebih fokus pada peningkatan profitabilitas dan keberlangsungan perusahaan.
Direktur Corporate Affair Tokopedia, Nuraini Razak, menegaskan fokus perusahaan pada pengembangan bisnis dan produk inti serta investasi pada bisnis yang menguntungkan.
CEO GOTO, Patrick Walujo, menyatakan fokusnya pada pengembangan produk inti setelah pembelian 75% saham Tokopedia oleh TikTok.
Dalam menjawab pertanyaan tentang arah strategis Shopee pada tahun 2024, keputusan antara pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas menjadi dilema.
Meskipun memilih pertumbuhan perusahaan tampaknya menjadi langkah logis mengingat kondisi pasar yang sangat kompetitif, tantangan utama adalah bagaimana Shopee dapat mencapai keseimbangan yang tepat untuk mencapai profitabilitas jangka panjang.
Sementara pesaingnya mulai beralih fokus ke profitabilitas, Shopee harus mengatasi ketidakpastian dan menemukan cara untuk mempertahankan dominasinya dalam industri e-commerce Indonesia.***