Kesimpulan itu berdasarkan penelusuran, sehingga informasi tersebut sudah bisa dipastikan kebenarannya.
Gildas menjelaskan, dalam ekosistem di dark web, hackers bukanlah yang menjual data. Tetapi peretasan dilakukan oleh orang lain.
Pertanyaannya, sambung sang mentalis, jika Bjorka memang orang Indonesia mengapa aparat sulit menangkapnya?
Terkait hal itu, Gildas berkelit, bahwa pemerintah saat ini fokus mencari data yang disebar oleh Bjorka berasal dari mana. Jadi hingga saat ini belum masuk ke dalam tahap investigasi mencari pelaku peretasan.
Dia menambahkan, tingkat kesulitan menangkap seorang hacker tergantung dari pelakunya. Semakin profesional, maka akan semakin licin untuk bersembunyi.
Menariknya, klaim dia, data 1,3 miliar registrasi SIM card yang disebar oleh Bjorka dibeli dari dark web. "Sebab yang menjual tanda kutip komplenlah, saya enggak tahu perjanjian jual belinya seperti apa," tanyanya.***