KONTEKS.CO.ID - Banjir dan longsor di sejumlah wilayah Indonesia menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan anak-anak serta mengganggu kegiatan pendidikan.
Meski air mulai surut di beberapa wilayah Sumatra, kebutuhan kemanusiaan masih sangat tinggi, terutama bagi warga yang tinggal di daerah terpencil dan terisolasi.
Di Aceh, Save the Children menjadi salah satu organisasi yang paling awal melakukan respons melalui jaringan mitra lokal.
Hingga kini, sejumlah infrastruktur penting masih belum berfungsi dan beberapa desa dilaporkan belum dapat dijangkau.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 1.000 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor, termasuk anak-anak.
Manajer Senior Komunikasi Strategis Save the Children Indonesia, Fandi Yusuf, yang telah hampir dua pekan berada di wilayah terdampak dan menyaksikan langsung kondisi lapangan, menggambarkan situasi yang dihadapi para penyintas.
Baca Juga: Satgas PKH Akan Tindak Tegas Korupsi Terkait Kerusakan Hutan Picu Bencana di Sumatera
“Banyak keluarga masih mengungsi di dalam wilayah mereka sendiri, dan sebagian terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara yang sangat sederhana,” ujar Fandi.
“Anak-anak tinggal di ruang terbuka dengan perlindungan yang minim, sehingga sepenuhnya terpapar hujan, angin, dan nyamuk,” Fandi menambahkan.
Ia menyebut tim kesehatan mitra Save the Children menemukan berbagai gangguan kesehatan pada anak-anak terdampak bencana.
“Mitra kesehatan kami di lapangan telah menangani anak-anak yang mengalami batuk, pilek, serta penyakit kulit,” katanya.
“Kami juga sangat khawatir terhadap kondisi kesehatan bayi yang masih tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak layak,” ujarnya.