KONTEKS.CO.ID - Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi.
Muntahan abu vulkanik terpantau mencapai 6.000 meter atau 6 km di atas puncak. Erupsi dilaporkan terjadi pada pukul 22:46 Wita.
"Telah terjadi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 19 Septembert 2025 pukul 22:46 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 6.000 meter di atas puncak (± 7.584 m di atas permukaan laut)," tulis Badan Geologi Kementerian ESDM dikutip, Sabtu, 20 September 2025.
Dijelaskan bahwa kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong terlihat jelas mengarah ke barat daya dan barat.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-Laki Semburkan 1.340 Kali Erupsi
Masyarakat diimbau tetap tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Masyarakat setempat juga diminta mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki.
"Masyarakat diimba memakai masker atau penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan. Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung," tutupnya.
Gunung Lewotobi Laki-Laki berlokasi di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sekitar 800 km dari Bali dan 1.700 km dari Singapura.
Baca Juga: Update Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Muntahan Abu Vulkanik Tembus 6 Km
Berdasarkan situs interaktif ESDM, saat ini Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan satu-satunya gunung api dengan status Level 4, yang menunjukkan letusan berpotensi meluas dan mengancam permukiman.
Letusan besar terakhir terjadi pada awal November 2024, ketika Gunung Lewotobi Laki-Laki meletus beberapa kali, menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan lainnya.
Lebih dari 2.000 rumah rusak dan 13.000 warga harus dievakuasi. Letusan juga menghancurkan tujuh sekolah dan satu biara. Selain itu, lebih dari 160 penerbangan internasional ke dan dari Bali kala itu dibatalkan.***