Ia menekankan bahwa nelayan Cilacap menghadapi tantangan besar, mulai dari ombak tinggi, cuaca ekstrem, hingga sulitnya menemukan titik tangkapan ikan yang tepat. Pelatihan dan edukasi berbasis teknologi ini menjadi solusi penting.
“Dengan teknologi, nelayan tidak perlu lagi mengandalkan ramalan tradisional. Cukup dengan aplikasi, mereka bisa tahu kondisi cuaca dan lokasi ikan. Hasilnya, lebih selamat, lebih hemat biaya, dan lebih cepat mendapat hasil,” ujarnya.
Novita juga mendorong peserta SLCN untuk serius mengikuti pelatihan dan menjadi agen pengetahuan bagi nelayan lainnya.
“Saya berharap peserta tidak hanya menyerap ilmu, tetapi juga menularkan kepada rekan-rekan nelayan lain. Dengan begitu, manfaat SLCN ini bisa dirasakan lebih luas, karena tidak mungkin kita melatih 17 ribu nelayan sekaligus,” ujarnya.
Baca Juga: Badai Debu Picu Panik Kerumunan Ceramah Umat Hindu, India Berduka: 116 Orang Tewas Terinjak-injak
SLCN di Cilacap melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, DPRD, Pertamina RU IV Cilacap, Basarnas, BPBD, hingga Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia.
Sinergi ini diharapkan memperkuat upaya mitigasi bencana sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Menurutnya, keselamatan nelayan bukan hanya soal keberanian menghadapi laut, tetapi juga soal kecerdasan membaca tanda-tanda alam yang kini bisa dipelajari dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan memanfaatkan informasi dari BMKG, para nelayan dapat menavigasi laut dengan lebih bijak, merencanakan aktivitas melaut dengan aman, sekaligus menjaga keberlanjutan mata pencaharian mereka.***