KONTEKS.CO.ID – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, awan panas guguran erupsi Gunung Merapi pernah mencapai jarang 5 kilometer (km) pada tahun 2021.
Menurut BPPTKG, luncuran awan panas kali ini menjadi jarak terjauh kedua sejauh 4 km, pada Sabtu 11 Maret 2023.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santosa mengatakan, dalam setahun terakhir aktivitas seismig dan awan panas cenderung mengarah ke barat daya.
“Ya, (erupsi Gunung Merapi) hari ini terjauh kedua sejak 2021,” ujar Agus.
Sebanyak 24 kali rentetan guguran awan panas erupsi Gunung Merapi dengan jarak maksimal 4 kilometer terjadi hingga pukul 16.00 WIB.
Untuk memastikan jarak luncur tersebut, tim BPPTKG turun ke lapangan mengukur menggunakan drone.
Menurut Agus, pihaknya belum bisa memastikan luasan dimensi kubah lava yang runtuh dan sebarannya seperti apa.
Sebab, perlu sebuah perhitungan terlebih dahulu dengan melakukan pengamatan volume kubah lava yang ada.
Erupsi Gunung Merapi kali ini cukup besar, setidaknya terbesar kedua setelah 27 Januari 2021.
Di mana kala itu terjadi runtutan awan panas sebabyak 52 kali ke arah sungai Boyong.
“Bukan terbesar sejak krisis erupsi 2021,” ucapnya.
Hari ini, Gunung Merapi mengalami 77 kali gempa vulkanik dalam, gempa vulkanik dangkal 1 kali, gempa multi terjadi 6 kali dan gempa guguran 44 kali.
“Hal ini menjadikan deformasi (penambahan volume gunung) tinggi kecepatan 0,5 cm perhari,” ujarnya.
Abu vulkanik tersebar sampai ke wilayah Wonosobo yang berjarak sekitar 33 km dari puncak Gunung Merapi.
Namun, Agus menyebut hal itu tak berarti erupsi sangat besar lantaran faktor angin. Dari data pemantauan, tidak menunjukkan rentetan awan panas dan aktivitas guguran cenderung menurun. namun tiba-tiba ada awan panas.
“Itu proses karena longsoran kubah lava barat daya,” pungkasnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"