Siapa saja yang pernah mendaki Gunung Lawu pasti menyempatkan diri singgah di warung dan mencicipi hidangan yang dijualnya.
Khususnya, pendaki Gunung Lawu yang melewati jalur Cemoro Sewu maupun Cemoro Kandang.
Mbok Yem setia melayani para pendaki sejak tahun 1980-an di warung miliknya yang berada di Hargo Dumilah.
Sebelum berjualan, Mbok Yem seorang peracik jamu tradisional yang mencari bahan-bahan di puncak Lawu. Hatinya tersentuh setelah bertemu dan berinteraksi dengan pendaki.
Kemudian, Mbok Yem memutuskan untuk tinggal di kawasan Argo Dalem tepat di bawah puncak Gunung Lawu dan membuka warung untuk membantu kebutuhan logistik pendaki yang kekurangan.
Memilih menghabiskan sebagian besar hidupnya di gunung. Ia bahkan hanya turun gunung setahun sekali saja saat Lebaran.
Bahkan, warung Mbok Yem dijuluki sebagai warung tertinggi di Indonesia lantaran berdiri di ketinggian 3.150 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau 115 meter di bawah puncak Lawu.
Ya, bagi kalangan pendaki, kehadiran Mbok Yem bukan sekadar pemilik warung melainkan penyemangat menuju puncak.
Minuman hangat minuman dan makanan di suhu yang menggigit membuat kenangan akan kehadirannya begitu dirindukan pendaki.
Mbok Yem dikenal sebagai sosok yang ramah, tegar. Dia tak pernah meninggalkan puncak meski dalam kondisi cuaca ekstrem.***
Artikel Terkait
Kebakaran di Gunung Lawu, 3 Warung dan Setengah Punya Mbok Yem Dikabarkan Hangus
Kebakaran Gunung Lawu, Begini Kondisi Terkini Mbok Yem di Puncak
Gempa Bumi M6,6 Mengguncang Pulau Karatung
Zona Merah OPM Papua Pindah dari Nduga ke Yahukimo
Oknum Ormas Bakar Mobil Polisi, Dedi Mulyadi Minta Wali Kota Depok Perhatikan Anak dan Istri Pelaku