KONTEKS.CO.ID – Blackhole secara sederhana merupakan benda langit yang sangat padat, dengan gravitasi begitu kuat sehingga tidak bahkan cahaya bisa melarikan diri dari “lubang hitam” ini.
Blackhole terbentuk dari keruntuhan bintang yang memiliki massa yang sangat besar dan berakhir dengan keruntuhan gravitasi yang tak terelakkan.
Lantas, bagaimana jika terperangkap di sekitar blackhole?
Dikutip dari berbagai sumber, keberadaan blackhole memberikan peran yang sangat penting dalam kosmos, meskipun mereka sendiri sangat sulit untuk diamati dan tentunya perlu waktu yang sangat panjang.
Blackhole dapat mempengaruhi lingkungan sekitar mereka seperti galaksi dan bintang, dan membantu kita memahami fenomena penting seperti gelombang gravitasi (gravitational waves) dan evolusi bintang (berkaitan denga asal mula kehidupan).
Namun, jika manusia berada dekat atau terperangkap di sekitar blackhole dan tersedot ke dalamnya, terdapat kemungkinan hasil yang sangat buruk. Karena gravitasi yang dahsyat, kekuatan tarikannya akan merobek materi dan memisahkan atom-atom.
Hal ini akan menghasilkan pemanasan yang berlebihan sehingga tubuh manusia akan terbakar habis. Sehingga bisa dikatakan, kita tidak sempat merasakan apa yang terjadi pada tubuh kita ketika kita tertarik oleh blackhole.
Namun, jika perjalanan kita berjalan dengan cukup cepat, dapat terjadi efek “spaghettification”, yaitu ketika tarikan gravitasi mengulurkan tubuh manusia secara vertikal, sementara tarikan horizontal meremasnya.
Proses ini bisa berlangsung beberapa waktu, tergantung pada ukuran dan jarak blackhole. Pada akhirnya, manusia akan menjadi panjang dan tipis seperti spageti – dan tentu saja tidak akan dapat pulih dari pengalaman tersebut. Aneh bukan?
Jadi, meskipun blackhole menarik minat banyak para ilmuwan, pengetahuan manusia tentang blackhole masih terbatas dan tentunya berbahaya jika kita tersedot ke dalamnya.
Oleh karena itu, penjelajahan dan penelitian ruang angkasa tetap perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh kehati-hatian agar mampu memberikan pemahaman bagi para manusia.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"