KONTEKS.CO.ID – Galaxy tertua telah ilmuwan temukan. Ini adalah galaksi “mati” yang lebih tua dari galaksi mana pun yang pernah ditemukan sebelumnya.
Gugusan bintang baru telah mati ketika alam semesta masih berada pada masa permulaannya. Tampaknya galaxy paling tua ini telah terbakar ketika kosmos baru berusia 5% dari usianya saat ini.
Pembentukan bintang telah terhenti di galaksi sekitar 13,1 miliar tahun yang lalu, hanya 700 juta tahun setelah alam semesta terbentuk.
Meskipun para ilmuwan telah menemukan galaksi “mati” serupa sebelumnya, galaksi ini merupakan galaksi tertua yang berusia 500 juta tahun.
“Para ilmuwan mengatakan galaksi hidup dengan cepat dan mati dalam usia muda. Perilaku seperti itu tidak diperkirakan terjadi sampai galaksi baru ditemukan,” kata para peneliti Cambridge yang menemukan galaksi tersebut, melansir The Independent, Rabu 7 Maret 2024.
“Galaksi tampaknya hidup dengan cepat dan intens, dan kemudian berhenti membentuk bintang dengan sangat cepat,” kata astrofisikawan Tobias Looser dari Kavli Institute for Cosmology di Universitas Cambridge, penulis utama studi yang terpublikasikan di jurnal Nature.
“Dalam beberapa ratus juta tahun pertama sejarahnya, alam semesta sangat ganas dan aktif, dengan banyak gas yang menjadi bahan bakar pembentukan bintang di galaksi. Hal ini membuat penemuan ini sangat membingungkan dan menarik,” tambah Looser.
Galaksi ini relatif kecil, mungkin memiliki 100 juta hingga satu miliar bintang. Hal ini berarti galaksi tersebut berada di sekitar massa galaksi katai Awan Magellan Kecil yang terletak di dekat Bima Sakti kita, meskipun galaksi tersebut masih membentuk bintang-bintang baru.
Usia Galaxy Tertua
Setelah sebuah galaksi berhenti membentuk bintang-bintang baru, ia menjadi seperti kuburan bintang.
“Setelah pembentukan bintang berakhir, bintang-bintang yang ada akan mati dan tidak tergantikan. Hal ini terjadi secara hierarkis, berdasarkan urutan berat bintang. Karena bintang paling masif adalah yang terpanas dan bersinar paling terang. Sehingga memiliki umur terpendek,” kata astrofisikawan Kavli Institute dan rekan penulis studi Francesco D’Eugenio.
“Saat bintang terpanas mati, warna galaksi berubah dari biru –warna bintang panas– menjadi kuning hingga merah. Warna bintang paling kecil,” tambah D’Eugenio.
“Bintang seukuran Matahari hidup sekitar 10 miliar tahun. Jika galaksi ini berhenti membentuk bintang pada saat kita mengamatinya, maka tidak akan ada lagi bintang mirip matahari yang tersisa di dalamnya saat ini. Namun, bintang-bintang yang berukuran jauh lebih kecil dari Matahari dapat hidup selama triliunan tahun, sehingga mereka akan terus bersinar lama setelah pembentukan bintang berhenti,” paparnya.
Para peneliti menetapkan bahwa galaksi ini mengalami ledakan pembentukan bintang selama 30-90 juta tahun, lalu tiba-tiba berhenti. Mereka mencoba mencari tahu alasannya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"