otomotif

Diam-Diam Indonesia Kembangkan Kendaraan Otonom Level 3 dan 4, Begini Wujudnya

Jumat, 17 Januari 2025 | 18:06 WIB
Peneliti Indonesia dari BRIN, Roni Permana Saputra, menjelaskan kendaraan otonom level 3 dan 4 yang tengah dikembangkannya. (BRIN)


KONTEKS.CO.ID - Peneliti Indonesia diam-diam telah mengembangkan kendaraan otonom atau tanpa pengemudi.

Pengembangan kendaraan otonom oleh peneliti Indonesia disampaikan Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Roni Permana Saputra.

Ia mengatakan, kendaraan berjalan otomatis tanpa sopir atau pengendara memiliki lima tingkatan.

Pertama level satu atau tersebut driver assistance. Yakni, kendaraan otonom hanya berfungsi sebagai asisten atau pemberi bantuan kepada pengendara seperti bantuan pada proses pengereman.

Baca Juga: Kata Pitha soal Pelatih Ganda Campuran Baru di Pelatnas PBSI Cipayung

Kemudian level dua namanya partial automation. Ini bersifat parsial atau adanya otomatisasi dalam kendaraan yang bersifat sebagian. Di mana sebagian besar kendali kendaraan masih dipegang pengendara.

Untuk level tiga, lanjut dia, tersebut sebagai conditional automation. Yakni, kendaraan dapat beroperasi secara otonom pada kondisi-kondisi tertentu.

Level berikutnya, level empat yakni high automation. Kendaraan sudah hampir bisa beroperasi secara otonom penuh, namun melalui batasan-batasan pada kondisi tertentu.

“Terakhir, level lima yaitu full automation. Kendaraan sudah bisa beroperasi secara otonom tanpa adanya intervensi bantuan manusia sebagai pengguna di semua kondisi dan beradaptasi di semua kondisi,” papar Roni, saat menerima kunjungan ilmiah SMK Negeri 1 Soreang, di Bandung, Jabar, melansir Jumat 17 Januari 2025.

Baca Juga: Ramai Virus HMPV, Peneliti Indonesia Bilang Jangan Takut: Ini Perbedaannya dengan COVID-19 dan Influenza

Ia menambahkan, untuk sekarang, BRIN mencoba mengembangkan kendaraan otonom di antara level tiga dan empat. Demi mencapai otomasi level lima, lanjut Roni, masih banyak yang harus Indonesia kembangkan dan perhatikan. Termasuk masalah regulasi dari pemerintah.

Penguasaan teknologi kendaraan listrik otonom mencakup berbagai hal yang wajib diperhatikan. Yaitu, fisik kendaraan, berbagai sensor, navigasi sebagai penentuan rute yang aman untuk dilalui atau berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, sistem kendali, dan antarmuka pengguna.

“Secara garis besar, ada lima teknologi yang harus kita kuasai, yaitu pengembangan platform kendaraan berupa fisik kendaraan, sensor kendaraan seperti layaknya pancaindra pada tubuh manusia, sistem navigasi otonom, sistem kendali kendaraan. Dan antarmuka pengguna sebagai sarana komunikasi antara pengguna dan kendaraan otonom sebagai komando atau pemberian informasi,” tuturnya detailnya.

Ada sejumlah alasan pentingnya alih teknologi penggunaan kendaraan otonom. Misalnya, untuk keselamatan, efisiensi, aksesibilitas, dan ekonomi.

Baca Juga: Cara Merawat Mobil Listrik: Rahasia Baterai Tahan Lama

Namun, penerapan di lapangan setidaknya memerlukan dasar pada aspek sosialisasi dan regulasi. “Jadi harus ada sosialisasi, harus ada regulasinya. Karena ketika di jalanan, penggunaan kendaraan otonom akan dihadapkan pada berbagai situasi kompleks,” tandasnya.

Kendaraan otonom memanfaatkan beragam sensor, sistem navigasi, dan kecerdasan buatan (AI) untuk mengemudi sendiri tanpa intervensi manusia.

“Kendaraan otonom merupakan kendaraan yang dapat beroperasi tanpa adanya intervensi dari pengguna. Tanpa harus disetir atau secara umum kendaraan dapat mengemudi sendiri atau autonomous vehicles, dengan ciri yaitu dapat mengenali lingkungannya sendiri dan dapat melakukan pengambilan keputusan sendiri tanpa secara eksplisit disuruh atau diprogram oleh manusia,” tukasnya.

Roni menggarisbawahi penguatan teknologi menjadi kunci dalam sistem otonom kendaraan listrik.

Baca Juga: Tiba di RS Polri dalam Kantong Jenazah, Begini Kondisi Korban Kebakaran Glodok Plaza

“Kendaraan otonom hadir salah satunya untuk meminimalisasi adanya kecelakaan. Karena faktor manusia tersebut dengan dibantu adanya teknologi otonom pada kendaraan, juga menambah kenyamanan dan efektivitas dalam berkendara,” tambahnya.

Di sisi lain, Peneliti Ahli Muda PRMC BRIN Taufiq Ibnu Salim mengutarakan, guna mencapai target level empat otonom pada 2025, pengembangannya masih proses integrasi antarbagian persepsi ke dalam local planner.

Di antaranya pengambilan dan training data metode end-to-end learning, serta komparasi performa metode.

Taufik menjelaskan, fokus yang dilakukan dirinya dan tim dalam penguasaan teknologi khususnya Micro Electric Vehicle (MEVi) adalah sistem deteksi objek/sensor, sistem telekomunikasi, human to vehicle interaction, dan computer vision. ***

Tags

Terkini

China Perketat Aturan Gagang Pintu Kendaraan Listrik

Kamis, 18 Desember 2025 | 09:21 WIB