KONTEKS.CO.ID – Manajer KTM Francesco Guidotti mengatakan perlu waktu untuk mengejar tim seperti Ducati mengingat pengalaman MotoGP mereka yang lebih baik.
Dalam beberapa putaran terakhir, Brad Binder telah menjadi salah satu lawan terbesar Ducati, dan diperkirakan akan menimbulkan kekhawatiran bagi para pembalap seperti Francesco Bagnaia, Marco Bezzecchi, dan Jorge Martin dalam hal memenangkan balapan.
Jack Miller juga kuat, namun pembalap Australia itu tidak memiliki konsistensi seperti Binder, malah memudar seiring berjalannya balapan.
Namun yang pasti adalah KTM telah hadir dan bertahan sebagai salah satu yang terdepan di MotoGP.
Guidotti, yang pernah menjadi bagian dari tim Pramac Ducati mengatakan butuh waktu untuk menyamai tim seperti Ducati mengingat pengalaman mereka yang lebih besar, meskipun KTM ada di sana atau sekitar itu.
Ketika ditanya apa perbedaan antara kedua merek tersebut, Guidotti mengatakan kepada Gazzetta.it: “Anda sudah memiliki pengalaman hampir 15 tahun lagi, jadi Anda tidak perlu menciptakannya lagi.”
“Pengalaman, adalah budaya dalam kategori ini (MotoGP). Anda dapat memperoleh semua uang yang Anda inginkan, tetapi Anda tidak akan dapat memulihkan aktivitas selama 15 tahun dalam tujuh tahun,” imbuhnya.
“Saya mengalami proses itu di Ducati mulai 2012 dan seterusnya, butuh waktu hingga perubahan arah yang kuat dapat dipicu,” urai Guidotti.
Sementara tim seperti Ducati, KTM dan Aprilia berjuang untuk menjadi yang teratas di MotoGP, pendukung sebelumnya Yamaha dan Honda telah memudar secara dramatis.
Kedua pabrikan Jepang belakangan berada dalam masalah di MotoGP dan berjuang untuk mendapatkan hasil 10 besar, yang menyebabkan Guidotti memberikan pemikirannya tentang masalah mereka saat ini.
“Bagi saya, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kami, pabrikan Eropa, telah bekerja lebih keras dari sebelumnya,” ungkap Guidotti.
“Anda menginginkannya karena alasan ekonomi seperti kepatuhan. Jepang telah mengungguli kami (tim Eropa) selama beberapa dekade, mungkin mereka sudah sedikit berpuas diri dan saat kami berusaha sekuat tenaga, ini semakin memperlebar kesenjangan,” tutur Guidotti.
Honda bisa dibilang adalah pabrikan terbesar di dunia sehingga sumber daya tidak menjadi masalah, dan bukan fasilitas terowongan angin yang menghambat mereka, namun kurangnya arahan, menurut Guidotti.
“Honda tidak kekurangan kekuatan ekonomi atau pengetahuan. Mereka membuat segalanya mulai dari sepeda hingga pesawat terbang, mereka punya terowongan angin yang menurut saya merupakan yang terbaik. Mereka mungkin hanya kekurangan arahan,” tukasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"