KONTEKS.CO.ID – Sebanyak 39 orang warga Cijedil, Kecamatan Cugenang masih dicari karena timbun longsor akibat gempa magnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat.
Dari 39 orang warga yang dilaporkan hilang, sebanyak tujuh orang adalah warga yang sedang melintas.
Seluruh korban hilang, saat ini sudah berhasil teridentifikasi. Baik nama mereka, mapun alamat tempat tinggalnya.
“Korban hilang 39 di Cijedil, Kecamatan Cugenang akibat longsor, tujuh diantaranya orang sedang melintas dan ada saksi mata yang melihat,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyant, Kamis, 24 November 2022.
“39 jiwa ini sudah teridentifikasi nama dan alamatnya,” katanya lagi.
Dijelaskan Suharyanto, saat ada sebanyak 272 orang korban gampa Cianjur meninggal dunia. Sebanyak 165 korban sudah berhasil teridentifikasi. Baik nama maupun alamatnya.
Sementara itu korban luka-luka 2.046 orang, warga mengungsi 62.545 orang,
Satu orang warga yang sebelumnya terdata hilang, ditemukan meninggal dunia oleh tim gabungan hari ini Kamis (24/11).
Kerugian materil juga masih terus dilakukan pendataan, laporan dari desa dan camat langsung ke posko utama.
“Total rumah rusak 56.311, rusak berat 22.267 unit, rusak sedang 11.836 unit dan rusak ringan 22.208 unit. Data ini akan diverifikasi dengan batasan yang sudah ada, ada Permen PUPR tentangspesifikasi kategori rumah rusak,” kata Suharyanto.
Penanganan bencana masih akan terus dilakukan, untuk hari ini masih berfokus dalam pencarian dan penyelematan korban.
“Kegiatan hari ini selain melakukan SAR, pendistribusian logistik telah berjalan lebih baik, jadi para Camat sudah ambil logistik kebutuhannya dan didistribusikan ke desa dan desa mendistribusikan ke masyarakat yang membutuhkan,” ujar Suharyanto.
Suharyanto berkata, masyarakat yang keluarganya meninggal akibat gempa, dapat melengkapi surat sebagai syarat untuk mendapatkan santunan dari pemerintah.
“Yang anggota keluarganya meninggal, agar segera melengkapi surat pernyataan kematian yang dikeluarkan dari fasilitas kesehatan, ini menyangkut bantuan dan santunan, salah satu syaratnya adalah surat tersebut,” ungkap Suharyanto.
Penanganan bencana adalah urusan bersama, banyak pihak terlibat dalam penanganan bencana gempa Cianjur ini.
“BNPB memegang unsur komando tapi yang bergerak seluruh kementarian, lembaga, TNI/Polri dan relawan,” tuturnya.
“Kami terus mendata unsur lain yang ikut serta dalam penanganan bencana, 333 organisasi dan 4.674 peronil dari organisasi masyarkat, dunia usaha dan relawan terlibat, sudah dibagikan tugasnya masing-masing,” imbuh Suharyanto.
Suharyanto yang pernah menjabat Pangdam Brawijaya berharap, lokasi bencana bukan tempat wisata, sehingga jika tidak membantu penanganan diharap tidak datang.
“Kepada masyarakat yang tidak berkepentingan, bencana bukan untuk dilihat, bukan tempat wisata, tapi sesuatu yang harus dipecahkan bersama, Polres dan Kodim untuk bertindak tegas namun humanis untuk memberikan penjelaskan ke kelompok masyarakat ini agar tidak menggangu penanganan bencana,” tegasnya.
Pemerintah ke depan akan membuat rumah contoh bagi masyarakat, agar dapat memilih rumah yang akan dibangun pemerintah yang disukai.
“Pekan depan akan dibangunkan rumah tahan gempa sebagai contoh di lokasi terdampak, jadi masyarakat bisa memilih sendiri,” pungkasnya.
Pada hari ini Presiden Republik Indonesia Joko Widodo kembali melakukan peninjauan ke beberapa lokasi di Cianjur, antara lain Desa Cijedil, RSUD Sayang, Desa Gasol dan SDN Cugenang.
Selama peninjauan, Presiden mendapatkan penjelasan oleh Kepala BNPB terkait perkembangan penanganan gempa Cianjur M 5.6 yang telah berlangsung memasuki hari keempat.
Ini merupakan tinjauan kedua yang dilakukan oleh Presiden, setelah sebelumnya pada Selasa (22/11).***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"