KONTEKS.CO.ID – Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel melihat gimik joget gemoy Prabowo Subianto yang dilakukan tanpa memperhatikan konteks dari acara sudah sangat memprihatinkan.
Reza menyampaikan apa yang dilakukan Prabowo secara berulang dengan joget gemoy menjadi sangat bermasalah. Ditambah lagi dengan ekspresi nyinyir yang diarahkan kepada calon presiden lain yang sedang berbicara dalam forum resmi.
“Pada titik itulah joget gemoy Prabowo tampak sangat bermasalah. Prabowo joget terlalu sering. Tanpa musik pula. Dan seperti tak kenal situasi. Saat ditanya hal serius, tanpa jawaban tuntas, Prabowo justru “menggenapi” jawabannya dengan berjoget,” kata Reza Indragiri dalam keterangan yang dikutip pada Rabu, 13 Desember 2023.
Reza Indragiri menjelaskan bahwa Donald Trump juga berjoget pada tahun 2019. Kemudian Boris Yeltsin juga melakukan hal yang sama pada 1996. Kemudian Trump ajojing selepas lolos dari serangan Covid-19.
“Yeltsin dikenal punya riwayat penyakit jantung. Jadi, kedua tokoh tadi berjoget dalam rangka meyakinkan publik bahwa mereka sehat. Dan karena sehat, target Trump dan Yeltsin, masyarakat tidak ragu akan kesanggupan mereka memimpin Amerika Serikat dan Rusia,” katanya.
Masuk akal jika Prabowo dengan usianya yang sudah lanjut dan kondisi kesehatannya yang jauh dari prima, melakukan pendekatan serupa guna mempengaruhi persepsi publik.
“No problem. Setiap kontestan pilpres boleh bikin siasatnya masing-masing. Tapi Trump dan Yeltsin bergoyang asyik cuma saat berada di panggung dan ketika musik mengalun. Pun hanya satu dua kali. Mereka tidak menjadikan joget sebagai strategi branding yang dipertontonkan terus menerus,” katanya.
Tapi pada titik ini, joget gemoy Prabowo tampak sangat bermasalah. Prabowo joget terlalu sering. Tanpa musik pula. Dan seperti tak kenal situasi. Joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara, ditambah pernyataan-pernyataan Prabowo yang serba mengambang dan terputus.
“Itulah yang membuat saya waswas akan satu hal. Yaitu, executive functioning Prabowo. Executive functioning bersangkut paut dengan kesanggupan manusia mengelola informasi lalu membuat keputusan yang solid,” katanya.
“Sebagai orang yang mendukung Prabowo pada dua kali pilpres, saya terpukau oleh kegesitan Prabowo di tahun 2014 dan 2019. Sekarang bukan kondisi fisik Prabowo yang saya risaukan. Toh dia sudah menjalani pemeriksaan di rumah sakit,” katanya lagi.
Menurut Reza Indragiri bahwa joget Prabowo terkesan sebagai bentuk kompensasi, sekaligus pengalihan perhatian audiens, atas menurun jauhnya kemampuan Prabowo berpikir strategis dan tuntas di level tertinggi pejabat negara.
“Strategi branding lewat joget juga berpotensi menjadi senjata makan tuan. Ketika orang-orang di sekitar Prabowo terus mengarahkan Prabowo untuk berjoget, itu berarti mereka bukan melatih Prabowo untuk memulihkan executive functioningnya, melainkan justru mempertumpul kapasitas kognitif Prabowo,” katanya.
“Sudah hampir dua jam debat berlangsung. Executive functioning Prabowo tertakar, dan saya berempati pada beliau,” katanya lagi.
Wajah Manyun Prabowo Jadi Sorotan
Ekpresi wajah Prabowo yang tersorot kamera yang terkesan mengejek penjelasan Anies Baswedan terkait oposisi menjadi viral di media sosial.
Saat Anies menyampaikan bahwa Prabowo tidak tahan bila tidak berada dalam kekuasan. Hal itu membuat Prabowo tidak dapat berbisnis dan berusaha. Karena itu Prabowo memilih berada dalam kekuasaan.
Saat pernyataan itu, mimik wajah Prabowo yang manyun dan seperti nyinyir justru tersorot kamera. Prabowo melakukan gerakan-gerakan yang tidak semestinya sambil menoleh ke arah Anies. Dia mengerucutkan bibirnya ke atas dan menggoyangkan badannya, terlihat seperti mengejek pernyataan Anies.
Netizen menganggap apa yang dilakukan Prabowo sejatinya sudah menghina dan melecehkan seluruh rakyat Indonesia dalam forum terhormat milik rakyat.
Bahkan netizen juga berkomentar kalau Prabowo sesungguhnya tidak menghormati dan menghargai setiap tetesan keringat rakyat untuk membiayai pilpres ini.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"